Kenapa Ayam Selalu Menyebrang Jalan? Jawaban Anak Kost [Adegan 1: Ruang Santai Anak Kost] Seorang anak kost bernama
Budi sedang duduk santai di ruang tamu kecil kostnya sambil makan mie instan.
Temannya, Tono, masuk membawa buku tebal dan wajah penasaran. Tono: Bud, gue nemu pertanyaan yang bikin kepala gue muter-muter nih. Budi: (menyesap kuah) Apaan? Kalo soal kehidupan, jawabannya ya makan dulu.
Baru mikir. Tono: Kenapa ayam selalu menyebrang jalan? Budi: (mengunyah pelan) Hmm... itu pertanyaan serius? Tono: Serius banget, Bud. Dari kecil gue denger itu pertanyaan, nggak pernah
tahu jawabannya! Budi: (tersenyum licik) Tergantung, Ton. Ini ayam siapa dulu? [Adegan 2: Diskusi Filsafat Anak Kost] Tono duduk sambil membuka
bukunya, sementara Budi memandang jauh ke arah dapur yang kosong. Tono: Kalau menurut Aristoteles, ayam menyebrang jalan untuk mencapai tujuan
tertentu. Tapi, tujuan apa? Itu yang nggak gue ngerti. Budi: (tertawa kecil) Tujuan? Kalau ayam kost, tujuan dia nyebrang jelas:
dapur tetangga. Ada nasi sisa sama minyak goreng bekas. Tono: (bingung) Ayam kok mirip sama kita, Bud? Budi: Ya iyalah! Lo pikir kita makan mewah tiap hari? Kalo gue jadi ayam, gue
juga nyebrang cari remah-remah harapan di dunia yang keras ini. [Adegan 3: Eksperimen di Jalan] Keduanya membawa bangku
kecil dan duduk di tepi jalan sambil mengamati ayam-ayam liar. Tono: Lihat, tuh ayam mau nyebrang! Menurut lo, dia mau ke mana? Budi: (sambil menunjuk warung pecel lele di seberang) Itu dia mau daftar jadi
menu hari ini. Tono: (tertawa) Jahat banget, Bud. Tapi ya, mungkin aja dia mau cari
pencerahan hidup. Seekor ayam benar-benar menyebrang jalan dan hampir tertabrak motor. Budi: (panik) Tuh, kan! Dia bukan cari pencerahan, tapi cari mati! Ayam zaman
sekarang makin nekat, nggak tahu bahaya. [Adegan 4: Kesimpulan Bijak Anak Kost] Mereka kembali ke kost
sambil tertawa. Budi membuat teh, sementara Tono terlihat berpikir mendalam. Tono: Jadi kesimpulannya apa, Bud? Kenapa ayam nyebrang jalan? Budi: (duduk santai) Kesimpulannya, ayam nyebrang jalan karena dia bosan di
tempat yang sama. Sama kayak anak kost yang kabur dari masalah: nyari sesuatu
yang baru, walaupun belum tentu bener. Tono: (tertawa) Lo ngomong kayak bijak banget, padahal alasan utama lo pindah
kost itu warteg depan kost lama tutup. Budi: (menyesap teh) Ya, hidup itu soal bertahan, Ton. Kita kayak ayam aja,
terus cari jalan meski bahaya. Yang penting, nggak lupa pulang. Pesan moral: Ayam yang nyebrang jalan dan anak kost punya banyak
kesamaan. Keduanya cuma berjuang menghadapi kerasnya kehidupan, walau kadang
alasannya simpel: nyari makan. |
Wednesday, December 25, 2024
Kenapa Ayam Selalu Menyebrang Jalan? Jawaban Anak Kost

Anjingku Belajar Ikut Yoga, Ending-nya? Chaos!
Anjingku Belajar Ikut Yoga, Ending-nya? Chaos! [Adegan 1: Pagi Hari di Ruang Keluarga] Lina sedang menggelar
matras yoga di ruang keluarga sambil menonton video tutorial di laptop.
Anjingnya, Bruno, duduk di sudut ruangan dengan kepala miring, mengamati
Lina. Lina: (menghirup napas) Oke, Bruno. Hari ini mama mau ajarin kamu yoga. Biar
kita sehat sama-sama, ya? Bruno: (mengeong, lalu menggonggong pelan) Woof! Lina: (tertawa) Bagus, semangat dulu dong. Oke, kita mulai dengan posisi
downward dog. Lina memasang posisi downward dog, sementara Bruno mendekat dan ikut
melengkungkan punggungnya. Lina: (senang) Wah, pinter! Lihat, Bruno bisa! Bruno tiba-tiba mengendus matras, lalu mulai mengunyah ujungnya. Lina: Eh, Bruno! Jangan makan matras dong! [Adegan 2: Pose Selanjutnya] Lina mencoba melanjutkan
sesi yoga dengan posisi warrior pose. Bruno masih mengamati sambil menjilat
matras. Lina: (mengangkat tangan) Nah, ini warrior pose. Fokus, Bruno, fokus... Bruno tiba-tiba melompat dan mencoba mengejar ekornya sendiri, mengganggu
keseimbangan Lina. Lina: (jatuh sambil tertawa) Aduh, Bruno! Itu bukan bagian dari yoga. Bruno berhenti, lalu menatap Lina dengan tatapan polos sebelum kembali ke
matras. Lina: Oke, oke, coba lagi. Kita masuk ke pose cobra. Saat Lina tengkurap mencoba pose cobra, Bruno tiba-tiba naik ke
punggungnya dan duduk di sana. Lina: (mendesah) Bruno, kamu ini salah konsep banget! Aku yoga, bukan jadi
kuda pony! [Adegan 3: Chaos Dimulai] Bruno merasa antusias dan
mulai menggigit bantal di sofa sambil Lina berusaha menyelesaikan sesi yoga. Lina: (berusaha tenang) Fokus, Lina. Ini cuma tantangan kecil... Bruno tiba-tiba menabrak laptop, membuat video tutorial terputar cepat mundur. Lina: (panik) Bruno! Jangan sentuh laptopnya! Bruno, merasa bersalah, mencoba memberikan "maaf" dengan
menjilat wajah Lina. Lina: (tertawa geli) Oke, oke, aku maafin. Tapi serius, yoga ini bukan acara
WWE, tau! [Adegan 4: Ending yang Chaos] Lina mencoba pose terakhir,
savasana, sambil berbaring tenang. Tapi Bruno malah berpikir ini waktunya
bermain. Lina: (berbaring santai) Akhirnya, waktunya relaksasi... Bruno datang dengan bola di mulutnya dan menaruhnya di wajah Lina. Bruno: (menggonggong pelan) Woof! Woof! Lina: (membuka mata) Bruno, ini bukan waktu main bola! Bruno mulai berlari keliling ruangan dengan bola, menjatuhkan vas dan
menabrak sofa. Lina: (menghela napas) Ya ampun, yoga kita benar-benar chaos hari ini... Bruno: (menggonggong senang) Woof! Pesan moral: Jangan pernah meremehkan semangat anjing dalam ikut kegiatan
yoga. Karena bagi mereka, semua adalah sesi bermain! |

Tuesday, December 24, 2024
Si Kucing yang Menyabotase Pekerjaan dari Rumah
Si Kucing yang Menyabotase Pekerjaan dari Rumah [Adegan 1: Pagi Hari di Rumah] Meja kerja Ani penuh dengan
laptop, dokumen, dan secangkir kopi. Kucing peliharaannya, Mochi, duduk di
sudut meja dengan ekor melambai-lambai. Ani: (berbicara sendiri sambil mengetik) Oke, tinggal beberapa slide lagi
selesai. Hari ini bakal produktif! Mochi perlahan mendekati laptop sambil mengamati kursor yang bergerak. Ani: Mochi, jangan deh. Itu bukan mainan... Mochi dengan cepat menekan tombol keyboard. Ani: (panik) Astaga, ini kenapa tiba-tiba spreadsheet-nya jadi warna-warni?! Mochi mengeong santai lalu menjatuhkan pulpen dari meja. [Adegan 2: Meeting Online yang Ricuh] Ani sedang menghadiri rapat
via Zoom. Kamera menyala, semua terlihat serius. Mochi duduk di belakang Ani,
memperhatikan dengan tatapan penuh rencana. Bos: Ani, bisa jelaskan progres proyek minggu ini? Ani: Tentu, Pak. Jadi, kita sudah menyelesaikan— Mochi tiba-tiba melompat ke atas meja dan melintas di depan kamera. Rekan Kerja: (tertawa) Eh, kucing siapa tuh? Lucu banget! Ani: (tertawa kaku) Hehe... Itu Mochi, Pak. Maaf, dia suka cari perhatian. Mochi mulai mengendus mikrofon dan dengan santainya menginjak tombol
"mute" di laptop. Bos: (di layar) Ani, suara kamu nggak kedengeran. Ani: (panik) Aduh! Mochi, minggir dulu! Jangan injak keyboard! [Adegan 3: Kejadian Tak Terduga] Malam harinya, Ani berusaha
menyelesaikan laporan setelah rapat kacau. Mochi terlihat lelah, tetapi tetap
menempel di dekat laptop. Ani: (menghela napas) Mochi, kasihan banget kerjaan mama numpuk gara-gara
kamu. Mochi pura-pura tertidur, lalu perlahan membuka mata dan memencet tombol
"Ctrl + Z." Sebagian besar dokumen Ani terhapus. Ani: (menjerit pelan) TIDAAAK! Mochi! Kenapa setiap kali gue fokus kerja, lo
malah bikin onar?! *Mochi mengeong lembut, seolah berkata, "Santai aja, kan aku
lucu?" [Adegan 4: Solusi dari Sabotase Mochi] Keesokan harinya, Ani
memasang pagar kecil di sekeliling meja kerjanya untuk menjauhkan Mochi. Ani: (tersenyum puas) Sekarang kamu nggak bisa ganggu kerjaan mama lagi,
Mochi! Mochi menatap pagar itu sebentar, lalu melompati dengan mudah. Dia
langsung duduk di keyboard. Ani: (mengeluh) Ya sudahlah. Mungkin ini tandanya gue harus break dulu... Pesan moral: Bekerja dari rumah bersama kucing itu seru, tapi jangan lupa
siap-siap menghadapi sabotase penuh "kepolosan." |

Rahasia Di Balik Tempat Makanan Kantor yang Selalu Hilang
Rahasia Di Balik Tempat Makanan Kantor yang Selalu Hilang [Adegan 1: Suasana Pantry Kantor] Beberapa karyawan sedang
berbincang di pantry sambil membuka kulkas. Siska terlihat panik sambil
mencari sesuatu. Siska: Mana tempat makan gue? Baru gue taruh semalam. Kok hilang lagi? Budi: (sambil makan keripik) Oh, tempat makan lo yang warna pink itu ya? Gue
tadi lihat Ismail nenteng-nenteng ke mejanya. Ismail: (datang membawa kopi) Eh, gue nggak ambil tempat makan siapa pun, loh! Siska: (menatap tajam) Jadi kenapa lo sering nongkrong di kulkas, Mail? Jangan
bilang lo pelaku pencuri tempat makan! Ismail: (gugup) Gue cuma ambil es batu buat kopi. Nggak ada urusan sama tempat
makan pink. Rani: (masuk ke pantry sambil membawa tempat makan) Eh, Siska, ini tempat
makan lo, kan? Gue ambil buat ngukur besar lauk gue tadi pagi. Gue lupa
balikin. Siska: (kesal) Rani! Ini sudah ketiga kalinya lo ambil tanpa bilang! [Adegan 2: Investigasi Tempat Makan Hilang] Para
karyawan berkumpul di ruang kerja. Mereka memutuskan untuk melakukan
penyelidikan serius. Budi: Oke, mari kita atur strategi. Siapa pun pelakunya harus dihentikan.
Tempat makan kita terlalu berharga untuk lenyap begitu saja. Ismail: Gue punya ide. Kita pasang kamera kecil di kulkas. Nanti kita lihat
siapa pelakunya. Siska: Setuju. Kalau nggak begitu, kulkas ini bakal terus jadi TKP! [Adegan 3: Terungkapnya Pelaku] Keesokan harinya, tim
menonton rekaman dari kamera yang dipasang di kulkas. Budi: (menunjuk layar) Tuh, tuh! Lihat, ada yang buka kulkas. Rekaman menunjukkan seekor kucing liar yang masuk pantry dan mengambil
plastik sisa makanan dari kulkas. Rani: (melongo) Kucing?! Kantor kita pelakunya kucing? Siska: Tapi tunggu dulu, kalau kucing yang ambil makanan, tempat makannya ke
mana? Layar menunjukkan adegan Rani dengan santainya mengambil tempat makan
Siska dari kulkas setelah kucing itu pergi. Budi: (tertawa terbahak-bahak) Rani, lo emang dua langkah lebih maju dari
kucing liar! Rani: (malu) Aduh, gue cuma mau ngukur lauk... Beneran, nggak ada niat jahat
kok! Siska: (kesal sambil memukul ringan Rani) Mulai sekarang, STOP jadi komplotan
kucing! [Adegan 4: Kesimpulan] Para karyawan membuat
kesepakatan bersama. Ismail: Oke, mulai sekarang kulkas dikunci, dan yang mau pinjam tempat makan
harus izin dulu. Siska: Iya, dan gue akan tulis nama besar-besar di tempat makan gue. Bahkan kucing
pun bakal tahu itu punya gue. Budi: Dan jangan lupa, pastikan Rani jauh-jauh dari kulkas kalau tempat makan
lo mau aman! Rani: (tertawa kecut) Ya ampun, gue nggak bakal gitu lagi. Janji deh! Pesan moral: Jangan remehkan keamanan tempat makan di kantor. Bisa jadi
pelakunya kucing... atau malah teman sendiri! |

Monday, December 23, 2024
Kisah Rekan Kerja yang Salah Kirim Email ke Bos
Kisah Rekan Kerja yang Salah Kirim Email ke Bos [Adegan 1: Suasana Kantor yang Sibuk] Ruangan kantor terlihat
ramai, para karyawan sibuk dengan laptop mereka. Di sudut ruangan, Dani
tampak panik di depan layar komputernya. Dani: (berbisik panik) Aduh, gimana sih ini? Kenapa bisa salah kirim? Rina: (mengintip dari biliknya) Eh, Dan, kenapa lo kayak habis lihat hantu? Dani: Gue salah kirim email, Rin! Rina: Halah, biasa aja kali. Paling juga salah attachment atau kurang
lampiran. Siapa yang dapet? Dani: BOS!! (hampir teriak) Rina: Hah?? Yang bener?! Itu email apa? Dani: Email curhat gue tentang gimana si bos nggak ngerti kerjaan kita. Gue
tulis gitu aja, terus gue tambahin meme ayam bingung. Rina: (mulai tertawa) Ya ampun, Dan. Terus sekarang? Dani: Gue udah kirim email kedua, isinya, "Bapak mohon abaikan email
sebelumnya, itu salah kirim." Tapi ternyata... di bawahnya gue tetap
kirim ulang meme ayam bingungnya! Aduh mati gue! Rina: (tertawa keras) Itu namanya bukan damage control, tapi memperburuk
keadaan! [Adegan 2: Suasana Makin Tegang] Dani menatap layar dengan
putus asa. Telepon mejanya tiba-tiba berbunyi. Dani: (memucat) Aduh, jangan bilang ini telepon dari bos... Rina: (berbisik sambil tertawa) Angkatlah, siapa tahu beliau suka ayam
bingung. Dani: (mengangkat telepon dengan hati-hati) Halo? Dani di sini. Bos: (dengan suara tenang) Dani, saya sudah baca email Anda. Saya hanya ingin
tahu, siapa itu ayam bingung? Apa itu saya? Dani: (terdiam beberapa detik) E-e... bukan Pak. Itu hanya metafora... Bos: Metafora apa? Dani: Ehm, metafora tentang kehidupan yang penuh kejutan, Pak. Bos: Hmm... menarik. Datang ke ruangan saya. Kita perlu bicarakan 'kehidupan'
ini lebih lanjut. Dani: (berbisik sambil menutup telepon) Gue bakal dipecat... Gue bakal
dipecat... [Adegan 3: Ending yang Tak Terduga] Beberapa menit kemudian,
Dani keluar dari ruangan bos dengan wajah heran. Rina: (penasaran) Gimana? Lo dipecat? Dani: Nggak. Dia malah ngakak lihat meme ayam bingungnya. Sekarang malah gue
diminta bikin meme buat presentasi internal dia minggu depan... Rina: (tertawa keras) Seriusan? Wah, karir lo jadi ahli meme di sini, Dan! Dani: (tersenyum lemah) Hidup memang penuh kejutan... Pesan moral: Jangan pernah curhat di email kerja, apalagi kirim meme ayam
bingung ke bos, kecuali kalau kamu siap jadi ahli meme dadakan! |
Kisah Rekan Kerja yang Salah Kirim Email ke Bos
Di suatu pagi yang terlihat biasa-biasa saja di kantor PT. Harapan Jaya Sentosa, suasana kantor tampak ramai. Suara ketikan keyboard berpadu dengan deru mesin pendingin ruangan. Para karyawan tenggelam dalam pekerjaan mereka masing-masing, sebagian sibuk menatap layar, sebagian lagi sibuk menatap jendela, pura-pura sibuk.
Namun, dari sudut ruangan yang agak tersembunyi di balik pot tanaman plastik yang sudah agak menguning, terdengar bisikan panik dari seseorang. Dia adalah Dani, staf divisi operasional yang terkenal kalem dan jarang bikin masalah.
[Adegan 1: Suasana Kantor yang Sibuk]
Dani: (berbisik panik sambil menatap layar laptop) "Aduh, gimana sih ini? Kenapa bisa salah kirim? Mati gue, mati gue..."
Rina: (mengintip dari balik biliknya) "Eh, Dan, lo kenapa sih? Muka lo kayak habis lihat gaji naik tapi nama lo nggak ada di daftar."
Dani: "Gue... salah kirim email."
Rina: "Yah, biasa aja kali. Paling juga salah lampiran atau lupa CC."
Dani: "Yang nerima bos kita!" (suara hampir teriak)
Rina: (membelalakkan mata) "Ya Allah... itu email apa, Dan? Jangan bilang lo kirim invoice palsu atau file gaji yang diutak-atik?"
Dani: (duduk lemas) "Lebih parah. Itu email curhatan gue tentang bos nggak ngerti kerjaan tim. Terus gue kasih penutupnya meme ayam bingung pakai caption 'ketika atasan kasih instruksi tapi isinya cuma kata mutiara motivasi'..."
Rina: (tertawa tertahan) "Ya ampun Dan! Itu mah bukan email curhat, itu surat pengunduran diri kreatif!"
Dani: "Gue langsung kirim email kedua: 'Bapak mohon abaikan email sebelumnya, itu salah kirim.' Tapi... tanpa sengaja meme ayam bingungnya ikut ke-attach lagi."
Rina: (tertawa keras sampai batuk) "Duh... Dan, lo ini mau damage control atau buka episode baru di sinetron 'Karyawan Teraniaya'?"
[Adegan 2: Suasana Makin Tegang]
Dani menatap layar komputer dengan tatapan kosong. Napasnya pendek-pendek seperti orang habis lari 100 meter padahal cuma duduk. Detik berikutnya, telepon di meja kerjanya berdering.
Dani: (memucat) "Jangan bilang ini bos..."
Rina: (berbisik sambil senyum jahat) "Angkatlah. Siapa tahu beliau penggemar ayam bingung juga."
Dani: (mengangkat telepon pelan-pelan) "Halo, Dani di sini."
Bos: (suara tenang tapi dingin) "Dani, saya sudah baca email Anda. Saya hanya ingin tahu… siapa itu ayam bingung? Itu maksudnya saya?"
Dani: (diam beberapa detik, tangan gemetar) "E-e… bukan, Pak. Itu cuma metafora..."
Bos: "Metafora apa?"
Dani: (mencoba sok bijak) "Metafora tentang kehidupan yang... penuh kejutan, Pak."
Bos: "Hmm. Menarik. Datang ke ruangan saya sekarang. Kita perlu bicarakan 'kehidupan' ini lebih lanjut."
Dani: (meletakkan gagang telepon, lalu berbisik ke Rina) "Gue bakal dipecat... gue bakal disuruh bersih-bersih laci hari ini..."
[Adegan 3: Ending yang Tak Terduga]
Beberapa menit kemudian, Dani keluar dari ruangan bos. Tapi bukan dengan wajah menangis atau membawa kardus isi barang-barangnya. Justru dia terlihat heran, agak bingung, tapi masih hidup.
Rina: (penasaran) "Gimana? Lo dipecat? Lo dipelototin? Dikasih wejangan ala motivator TikTok?"
Dani: *"Nggak. Dia malah ngakak lihat meme ayam bingungnya. Katanya, 'Saya juga sering merasa begitu waktu rapat direksi.
Kisah Kocak Rekan Kerja yang Salah Kirim Email ke Bos
"Ayam Bingung" yang Mengubah Nasib
[Adegan 1: Kantor yang Sibuk dan Dani yang Panik]
Pagi itu kantor terasa seperti biasa—suara ketikan keyboard bersahutan, mesin fotokopi mendengus lelah, dan aroma kopi sachet dari pantry menyebar ke segala penjuru. Tapi di salah satu sudut ruangan, terdapat satu makhluk bernama Dani yang sedang mengalami krisis kehidupan selevel mau sidang skripsi tanpa revisi.
Dani duduk terpaku di depan laptopnya, wajahnya pucat seperti habis melihat tagihan listrik rumah kos tiga bulan belum dibayar. Tangannya gemetar, matanya menatap layar dengan pandangan nanar, dan dari mulutnya terdengar bisikan:
“Aduh, gimana sih ini? Kenapa bisa salah kirim? Gimana gue bisa hidup setelah ini?”
Dari bilik sebelah, muncul kepala Rina, rekan kerja sekaligus sahabat karib Dani. Melihat ekspresi Dani, Rina langsung curiga.
“Eh, Dan... lo kenapa? Lo kelihatan kayak baru lihat setan nulis laporan tahunan.”
Dani hanya menatap Rina dengan mata penuh harapan dan duka.
“Gue... salah kirim email, Rin.”
“Lah, kirim email doang. Emangnya salah kirim ke siapa sih? Paling juga salah attachment, biasa.”
Dani menunduk lemas, lalu berkata dengan nada hampir berteriak:
“Ke BOS!!”
Rina langsung membelalakkan mata. Seisi kantor tiba-tiba hening seketika. Bahkan printer di pojok pun ikut berhenti seolah berkata, “Waduh.”
“Eh? Lo becanda kan? Email apa?”
“Email curhat gue... tentang betapa si bos gak ngerti kerjaan kita. Gue tulis semua unek-unek... terus gue tambahin meme ayam bingung... Tau kan yang matanya melotot terus tulisannya: 'Ngapain gue di sini sebenernya?'”
Rina langsung tertawa ngakak. Tapi Dani malah makin panik.
“Rin... itu belum puncaknya. Gue langsung kirim email kedua, minta abaikan email sebelumnya... Tapi...”
“Tapi apa?”
“...tanpa sadar gue attach meme ayam bingungnya lagi!”
[Adegan 2: Telepon dari Takdir]
Belum sempat Rina menyerap sepenuhnya drama ini, telepon meja Dani berbunyi. Bunyinya terdengar seperti lonceng pemanggil malaikat maut. Dani menatap telepon itu seolah itu adalah bom waktu.
“Jangan bilang... Ini bos.”
Rina menutup mulutnya menahan tawa.
“Angkat, Dan. Siapa tahu beliau ternyata fans berat ayam bingung juga.”
Dengan tangan gemetar seperti ujian SIM praktik tanjakan, Dani mengangkat telepon.
“Halo? Dani di sini…”
Suara di ujung sana terdengar sangat tenang, dan justru itu yang membuat bulu kuduk Dani berdiri.
“Dani, saya sudah baca email Anda... Saya hanya ingin tahu... Siapa itu ayam bingung? Itu saya?”
Suasana hening. Dani merasa waktu berhenti. Wajahnya pucat, detak jantungnya nyaris masuk BPM trance remix.
“E-e... bukan, Pak. Itu hanya... metafora...”
“Metafora apa?”
“Eh... metafora tentang kehidupan, Pak. Yang penuh kejutan dan ketidakpastian.”
Hening lagi. Lalu si bos berkata dengan nada pelan namun tegas:
“Hmm... menarik. Datang ke ruangan saya. Kita perlu bicara... tentang 'kehidupan' ini lebih lanjut.”
Dani menutup telepon. Dia menoleh ke Rina dengan wajah seperti orang habis sidang dan dinyatakan lulus dengan catatan: revisi semuanya.
“Gue bakal dipecat... Rin... tolong jagain kucing gue ya kalau gue dipecat...”
Rina nyaris meledak tertawa.
[Adegan 3: Kejutan dalam Ruang Bos]
Beberapa menit yang terasa seperti bertahun-tahun, Dani kembali ke ruangannya. Tapi wajahnya... tidak sesuram sebelumnya. Dia tampak heran... dan sedikit bingung. Seperti ayam... ya, ayam bingung.
Rina langsung menyerbu.
“Gimana? Lo masih punya pekerjaan? Atau udah jadi pengangguran berpengalaman?”
Dani menghela napas panjang.
“Gue... nggak dipecat.”
“Hah? Serius?”
“Bahkan... dia ngakak liat meme ayam bingungnya. Katanya ‘jujur, ini menggambarkan rapat-rapat mingguan kita banget’.”
Rina makin tertawa keras.
“Terus?”
“Sekarang gue diminta bikin meme
