Di sebuah sekolah dasar yang tak terlalu besar tapi penuh cerita seru, duduklah seorang bocah laki-laki dengan rambut acak-acakan, baju sedikit keluar dari celana, dan ekspresi wajah yang selalu siap menjawab dengan cara... tak terduga.
Dialah Sule, murid kelas 4 SD
yang terkenal bukan karena nilai matematikanya, tapi karena logika-logikanya
yang kadang nyeleneh tapi... masuk akal juga kalau dipikir-pikir.
Babak
1: 5 Burung dan 1 Tembakan
Hari itu, suasana kelas hening. Ibu
guru Bu Fanny sedang menjelaskan pelajaran logika. Di tangannya ada
spidol, dan di papan tulis tergambar lima burung kecil di atas kabel listrik.
Bu Fanny:
“Sule... coba kamu jawab ya. Ada 5 burung sedang mencari makan di tiang
listrik. Kalau salah satunya ditembak pemburu, tinggal berapa?”
Sule: (mengernyitkan dahi, serius kayak mau ujian CPNS)
“Ehm... kayaknya nggak ada yang tersisa, Bu.”
Bu Fanny:
“Lho? Kenapa begitu?”
Sule:
“Soalnya, Bu... burung yang lain pasti kaget dan langsung terbang. Jadi
yang satu kena, yang lain kabur semua. Gak ada yang tersisa.”
Suasana kelas hening. Murid lain
mikir, “Iya juga sih...”
Bu Fanny pun tersenyum lembut.
“Sebenernya jawaban yang saya maksud adalah 4, karena yang satu kena tembak.
Tapi... saya suka cara berpikirmu, Sule.”
Babak
2: Giliran Sule Balas Tanya
Sule, dengan semangat seperti habis
minum susu kotak rasa cokelat, langsung angkat tangan:
“Bu guru, sekarang saya yang tanya
dong!”
Bu Fanny tertawa:
“Wah... boleh. Ayo, coba!”
Sule dengan serius:
“Bu... ada tiga anak SD. Yang satu ngemil es krim sambil duduk tenang,
yang satu makannya sambil loncat-loncat, dan yang satu lagi makannya
sambil ngobrol terus. Menurut ibu, siapa yang paling bahagia?”
Bu Fanny berpikir sejenak, lalu
menjawab:
“Hmm... mungkin yang duduk tenang sambil menikmati es krim?”
Sule nyengir:
“Salah, Bu. Yang paling bahagia itu... yang es krimnya gak jatuh ke tanah!”
Satu kelas langsung ngakak. Bu Fanny
sampai menepuk dahi. “Aduhhh Sule... kamu emang luar biasa!”
Babak
3: Logika Unik ala Anak SD
Yang membuat Bu Fanny kagum adalah,
Sule ini bukan anak nakal. Dia gak pernah ribut, gak pernah bolos. Tapi kalau
ditanya... jawabannya selalu bikin berpikir dua kali. Pernah suatu hari, waktu
pelajaran IPA, Bu Fanny bertanya:
“Sule, kenapa kita gak boleh makan
makanan basi?”
Sule jawab cepat:
“Karena… makanan basi itu punya
nyawa kedua, Bu. Udah ada jamurnya!”
Saat pelajaran PKN, waktu ditanya
tentang kerja sama di lingkungan sekolah, Sule menjawab:
“Kerja sama itu kayak main bola Bu.
Yang nyari bola satu orang aja, yang lain… nyorakin!”
Babak
4: Saat Guru Kena “Mindblown”
Satu kali, Bu Fanny ngetes logika
anak-anak.
Bu Fanny:
“Coba sebutkan satu benda, yang bisa basah walaupun tugasnya mengeringkan!”
Anak-anak pada bingung. Ada yang
jawab AC, ada yang jawab angin, bahkan ada yang jawab “mantan” (gak jelas siapa
yang ngajarin).
Tapi Sule angkat tangan dengan santai:
“Handuk, Bu.”
Bu Fanny:
“Lah... kok bisa?”
Sule:
“Kan tugasnya ngelap air... tapi dia sendiri malah basah.”
Kali ini bukan cuma Bu Fanny yang
bengong, satu kelas pada ngangguk-ngangguk.
“Iya juga ya...”
Babak
5: Penutup yang Ngangenin
Waktu terus berjalan, dan Sule tetap
jadi murid favorit. Bukan karena ranking-nya, tapi karena dia selalu bisa bikin
suasana kelas ceria dan berpikir beda. Bu Fanny pun bilang:
“Sule, kamu mungkin bukan juara
kelas, tapi kamu punya cara berpikir yang bikin orang dewasa belajar lagi.”
Dan Sule, dengan polosnya menjawab:
“Makasih Bu... saya juga pengen
jadi guru kayak Ibu, tapi boleh gak ngajarnya sambil main bola?”
Bu Fanny tertawa.
“Boleh... asal nilainya gak gol ke
gawang ujian, ya!”
Apa
yang Bisa Kita Ambil?
Kisah “Sule vs Bu Guru” ini memang
lucu. Tapi di balik tawa dan candaan polos ala anak SD, ada pesan besar
tentang kreativitas dan berpikir di luar kebiasaan.
- Logika itu bukan soal benar atau salah saja, tapi juga
soal sudut pandang.
- Guru yang baik bukan cuma yang ngajarin pelajaran, tapi
yang menghargai cara berpikir muridnya.
- Anak-anak kayak Sule itu gak nakal. Mereka cuma
kreatif... dan dunia butuh lebih banyak anak kayak gitu.