Showing posts with label Humor Absurd dan Konyol. Show all posts
Showing posts with label Humor Absurd dan Konyol. Show all posts

Tuesday, July 8, 2025

Apakah Sandal yang Hilang di Masjid Berteleportasi?

 Apakah Sandal yang Hilang di Masjid Berteleportasi?
(Sebuah Penyelidikan Konyol, Mistis, dan Agak Ilmiah)

Pendahuluan: Misteri yang Lebih Dalam dari Lubang Cincin Saturnus

Lupakan segitiga Bermuda. Lupakan crop circle. Lupakan kenapa mie instan selalu lebih enak kalau dimasakin orang lain. Karena ada satu misteri yang jauh lebih nyata, menyentuh masyarakat luas, dan terjadi hampir setiap hari di negeri ini:

Kenapa sandal selalu hilang di masjid?
Dan yang lebih membingungkan… kemana perginya? Apakah mereka teleportasi ke dimensi lain?

Banyak orang datang ke masjid dengan penuh khusyuk, niat baik, dan sandal baru dari toko diskon. Tapi pulangnya? Sandal tinggal sebelah. Atau ganti merk. Atau ukurannya berubah dari 42 jadi 38.

Apakah ini ulah jin iseng? Apakah sandal punya kesadaran spiritual dan hijrah ke alam lain? Atau… ada semesta paralel penuh sandal-sandal yang tersesat?

Mari kita kupas, dengan gaya investigasi absurd dan penuh logika ngawur, seperti film dokumenter serius... tapi otaknya belum sarapan.

 

Bab 1: Fenomena Sandal Hilang—Pengalaman Kolektif Umat

Semua umat pasti punya cerita. Seperti Mas Darno, yang mengaku kehilangan 7 pasang sandal dalam satu bulan Ramadan. Bukan karena dicuri, tapi karena "kayaknya pindah sendiri."

“Saya datang pake sandal swallow ijo. Pulangnya tinggal sebelah, satunya diganti swallow biru. Saya bingung, itu barter atau sistem tukar tambah?”

Cerita lain datang dari Bu Mimin, yang menemukan sandal milik anaknya berubah warna.

“Tadinya pink, pulangnya jadi oranye. Tapi ukurannya sama. Saya curiga ini bukan sandal, ini chameleon footwear.

Dari kasus-kasus ini, satu kesimpulan muncul:

Di masjid, hukum logika dan kepemilikan sandal tidak berlaku.

 

Bab 2: Teori Teleportasi Antar-Dimensi

Salah satu teori paling populer dan tidak didukung bukti apa pun adalah sandal mengalami teleportasi.

Menurut ilmuwan fiktif Profesor Rojali Von Kacrut, ada lubang cacing mikro di sekitar rak sandal masjid yang terhubung ke:

·         Dunia paralel berisi sandal-sandal kesepian.

·         Alam sandal purba tempat semua sandal kembali setelah tugasnya di dunia selesai.

·         Atau dunia jin, tempat sandal dijadikan kendaraan dinas harian.

“Setiap kali Anda menaruh sandal di masjid, ada kemungkinan 12% dia terhisap ke portal dimensi terdekat.” – ujar sang profesor dalam wawancara imajiner.

Ini menjelaskan kenapa kadang kita pulang dengan sandal berbeda tapi bentuk mirip, seolah berasal dari semesta alternatif yang nyaris sama.

 

Bab 3: Teori Konspirasi: Sindikat Sandal Bayangan

Kalau bukan teleportasi, bisa jadi ada sindikat. Mereka bekerja dalam senyap. Beroperasi cepat dan efisien. Misi mereka: mengumpulkan sandal random demi menciptakan kekacauan sosial.

Ciri-ciri sindikat sandal:

·         Tak terlihat.

·         Beroperasi saat rakaat ke-2.

·         Kadang menyamar sebagai ibu-ibu yang “nggak sengaja salah ambil.”

Konon, markas mereka adalah satu rak misterius di pojok masjid yang isinya selalu acak dan tidak ada pasangannya. Seperti: satu sandal jepit ukuran 45, satu sepatu anak-anak bertema Spider-Man, dan satu bakiak yang sudah pensiun.

Mereka menyebut diri mereka: S.A.N.D.A.L (Satuan Agen Ninjutsu Disiplin Ambil Lainnya).

 

Bab 4: Kiamat Sandal—Kenapa Selalu Tinggal Sebelah?

Fenomena paling misterius adalah: kenapa selalu hilang sebelah?

Kenapa nggak hilang dua-duanya sekalian? Apakah pelaku (atau kekuatan misterius) menghargai nilai sejarah sandal itu? Apakah itu bentuk seni abstrak?

Ada teori bahwa sandal memiliki ikatan batin satu sama lain. Jika satu tersesat, yang lain tetap tinggal... menanti. Seperti Romeo dan Juliet versi alas kaki.

“Saya pernah pulang bawa satu sandal kanan dan satu sepatu kiri. Saya bingung, ini kaki saya yang salah atau alam semesta?” – ucap Pak Wahyu, korban teori chaos.

 

Bab 5: Eksperimen Tak Berguna: Penelusuran Jejak Sandal

Sebagai bagian dari penyelidikan, tim imajinasi kami mencoba eksperimen lapangan.

Hari 1:

·         Menaruh sandal baru merk “Super Swallow” warna ungu metalik.

·         Sholat isya.

·         Keluar, sandal berubah jadi sandal hotel warna putih.
Kesimpulan: sandal bereinkarnasi secara spontan.

Hari 2:

·         Menandai sandal dengan tulisan “Jangan Ambil! Sandal Ini Sedang Diamati!”

·         Hasil: sandal tetap hilang. Tapi ditemukan 3 hari kemudian di masjid lain 2 km jauhnya.
Kesimpulan: sandal bisa jalan kaki.

Hari 3:

·         Memasang GPS di sandal.

·         Sinyal terakhir: “Menghilang di wilayah rak barat daya.”
Kesimpulan: lubang cacing masih aktif.

 

Bab 6: Solusi Konyol Tapi Mungkin Efektif

Menghadapi fenomena ini, beberapa orang mengembangkan strategi bertahan hidup:

1. Sandal Unik Super Norak

Semakin mencolok, semakin kecil kemungkinan disambar. Kombinasi warna hijau neon + tali SpongeBob terbukti efektif.

2. Kode QR di Sandal

Jika sandal hilang, tinggal scan. Lokasi terakhir bisa muncul. Tapi seringkali hasilnya hanya: “Rak B – Dimensi Bayangan.”

3. Menggandeng Sandal dengan Tali

Seperti ngerem motor. Tapi efek sampingnya: dilirik aneh oleh jamaah lain.

4. Bawa Sendal Masuk, Tapi Sembunyikan di Kantong

Sayangnya, ini hanya bisa dilakukan jika sandal ukuran anak TK.

 

Bab 7: Pendapat Ustaz Imajinatif

Kami sempat mewawancarai Ustaz Fiktif, Ustaz H. Jumadi, MHI (Master Humor Islamiah):

“Sandal itu mungkin bukan hilang, tapi sedang berhijrah. Mencari masjid lain untuk melayani jamaah yang lebih membutuhkan. Seperti relawan alas kaki.”

Beliau melanjutkan:

“Kadang, Allah menguji kita bukan lewat ujian berat… tapi lewat sandal. Sabar itu diuji saat kita keluar masjid dan terpaksa pulang nyeker.”

Sungguh dalam.

 

Penutup: Kita Tidak Kehilangan Sandal, Kita Menemukan Hikmah

Di akhir hari, mungkin sandal memang bukan benar-benar hilang.

Mungkin mereka:

·         Bosan jadi alas kaki.

·         Punya misi rahasia lintas masjid.

·         Atau ingin membuat kita merenung betapa dunia ini… tak selalu bisa dijelaskan.

Dan mungkin, kehilangan sandal adalah pengingat dari langit, bahwa hidup itu fana. Bahwa tidak ada yang benar-benar milik kita, bahkan alas kaki pun bisa pergi meninggalkan kita... tanpa pamit.

Jadi lain kali jika kamu keluar masjid dan sandalmu hilang, jangan marah. Tersenyumlah. Ucapkan dalam hati:

“Selamat jalan, kawan. Semoga perjalanan spiritualmu diberkahi. Saya… akan naik ojek pulang.”

 

BONUS: Doa untuk Sandal yang Hilang

"Ya Allah, jika sandal ini milikku, kembalikanlah.
Jika bukan milikku, jauhkanlah.
Jika sandal ini takdirku, pertemukanlah kami lagi di masjid depan."

 

Monday, July 7, 2025

Kenapa Kucing Selalu Mengejar Orang yang Takut?

 Kenapa Kucing Selalu Mengejar Orang yang Takut?
(Sebuah Investigasi yang Tidak Diminta Tapi Sangat Penting)

Pendahuluan: Antara Takdir, Karma, dan Kucing

Dalam dunia ini, ada beberapa misteri yang belum terpecahkan:

·         Apakah alien itu nyata?

·         Siapa yang menciptakan lagu “Baby Shark”?

·         Kenapa charger hilang saat dibutuhkan?

Tapi dari semua pertanyaan eksistensial itu, ada satu misteri yang jauh lebih penting, lebih dekat dengan kehidupan sehari-hari, dan jelas lebih mengancam:

Kenapa kucing selalu mengejar orang yang takut padanya?

Mereka yang trauma pada kucing pasti mengalaminya. Datang ke rumah teman, disambut kucing oren bernama “Jabrik”, dan tiba-tiba kucing itu mendekat seperti debt collector bertubuh berbulu. Padahal kamu sudah diam, menahan napas, tidak memandang, bahkan pura-pura jadi pot bunga. Tapi kucing itu justru makin penasaran. Dan akhirnya... lompat ke pangkuanmu.

Kenapa, wahai alam semesta? Kenapa?

Mari kita bedah satu per satu, penuh keabsurdan, logika tak masuk akal, dan teori konspirasi level coffee shop.

 

Bab 1: Apakah Kucing Bisa Mencium Bau Ketakutan?

Ilmu pengetahuan menyatakan bahwa hewan tertentu bisa mencium feromon ketakutan. Tapi kita bicara soal kucing, makhluk yang:

·         Tidur 16 jam sehari,

·         Lari seperti jet tempur saat mendengar mentimun,

·         Tapi juga bisa rebahan di atap mobil polisi tanpa takut hukum.

Kalau kucing bisa mencium ketakutan, maka ada kemungkinan mereka berpikir begini:

“Hmm… manusia ini takut. Pasti dia menyembunyikan sesuatu. Mungkin makanan. Atau kunci rahasia dunia bawah.”

Kucing pun mendekat. Mereka mencurigaimu sebagai agen rahasia yang sedang menyamar sebagai manusia fobia bulu. Dan seperti di film James Bond versi kucing, mereka menginvestigasi… dengan duduk di atasmu.

 

Bab 2: Teori Konspirasi—Kucing Adalah Detektor Energi Takut

Menurut teori yang tidak didukung oleh siapa pun, kucing adalah makhluk dari dimensi lain yang dikirim ke bumi untuk memantau emosi manusia. Mereka memiliki sistem radar canggih berbasis ke-tidak-sukaan dan ke-absurd-an.

Jadi ketika mereka mendeteksi seseorang yang takut—apalagi yang sok jaim dengan posisi tangan kaku seperti patung Hanoman—radarnya berbunyi:

“BEEP BEEP BEEP! TARGET TERDETEKSI! KEJAR! KEJAAARR!!”

Kucing lalu berjalan pelan-pelan, mata melotot, ekor berdiri. Dan saat korban mulai keringat dingin... BRAK, lompat ke paha. Misi selesai. Laporan dikirim ke markas pusat melalui getaran ekor.

 

Bab 3: Prinsip Dasar Dunia Kucing—“Kalau Kamu Menolak Aku, Aku Akan Mencintaimu”

Dalam dunia kucing, ada hukum tak tertulis:

“Manusia yang menyayangiku akan kuabaikan. Manusia yang mengabaikanku akan kukejar sampai ke pelaminan.”

Coba perhatikan: saat kamu memanggil kucing dengan penuh cinta—“Sini, Mpus, lucu banget kamu ya…”—dia akan pergi. Tapi saat kamu berdoa agar kucing tidak mendekat, dia justru menghampiri dengan wajah datar seperti:

“Kamu pikir kamu siapa menolak aku?”

Kucing hidup berdasarkan logika kebalikan. Jika kamu takut, dia anggap kamu menarik. Kalau kamu santai, dia anggap kamu membosankan. Dan kalau kamu berani? Dia akan ngambek dan tidur di tempat cuci piring.

 

Bab 4: Teori Fisikawan Absurd—Kucing dan Medan Magnet Emosi

Profesor Bayu Mulyadi (fiktif, tentu saja), menyatakan dalam jurnal yang tidak pernah terbit:

“Kucing memiliki sensor kuantum bernama kepo-elektromagnetik yang tertarik pada manusia dengan gelombang ketakutan tinggi.”

Artinya, semakin kamu takut, semakin kuat medan magnet yang kamu pancarkan ke kucing. Ini mirip seperti bagaimana Wi-Fi mendeteksi HP yang baru dinyalakan—kucing mendeteksi ketakutan dan langsung nyambung.

Ada teori lanjutan yang lebih absurd: saat kamu takut, tubuhmu mengeluarkan semacam “kode Morse getaran lutut”, yang hanya bisa diterjemahkan oleh kucing sebagai:

“Sini dong, peluk aku, Mpus.”

Makanya, mereka datang. Sungguh tak sopan.

 

Bab 5: Pengalaman Tragis Nan Konyol dari Dunia Nyata

1. Mbak Lia, 26 Tahun, Trauma Sejak TK

“Saya waktu TK dikejar kucing oranye waktu lagi makan donat. Sejak itu trauma. Tapi setiap saya ke rumah orang, entah kenapa, kucingnya selalu tidur di tas saya. Bahkan pernah pipis di sandal saya.”

2. Fadil, 30 Tahun, Pura-Pura Macho

“Saya nggak takut kucing. Cuma alergi. Tapi setiap ada kucing, dia pasti duduk di paha saya. Pernah satu kali saya pura-pura tidur, dia justru menjilat telinga saya. Saya trauma sampai sekarang.”

3. Ibu Rumah Tangga Random

“Saya pernah lihat tetangga saya lari keliling komplek karena dikejar kucing liar. Tapi anehnya, kucingnya lari pelan aja, kayak ngasih efek dramatis. Kayak di film India.”

 

Bab 6: Apakah Ini Karma dari Kehidupan Sebelumnya?

Menurut spiritualis ngawur, bisa jadi orang-orang yang takut kucing sedang menebus kesalahan dari kehidupan lampau.

“Dulu kamu mungkin bangsawan yang tidak suka hewan. Sekarang kamu harus menghadapi ujian: dikejar kucing setiap kali keluar rumah.”

Atau bisa jadi kamu pernah menolak adopsi kucing di kehidupan lampau, dan sekarang semua kucing kirim surat undangan reuni padamu.

 

Bab 7: Strategi Bertahan Hidup untuk yang Takut Kucing

1.      Jangan Lari. Kucing Mengira Kamu Main Kejar-Kejaran.
Mereka tidak tahu kamu takut. Mereka hanya tahu: "Wah, manusia ini ngajak main!"

2.      Jangan Menatap Langsung. Tapi Jangan Juga Menunduk Dramatik.
Karena kalau kamu menunduk berlebihan, mereka mengira kamu sedang menunjukkan hormat. Dan mereka akan duduk di kepalamu sebagai bentuk dominasi.

3.      Alihkan Perhatian dengan Snack (atau Tempe).
Kucing lebih tertarik pada makanan daripada pada kamu. Kecuali kamu beraroma sarden. Kalau iya, kamu harus mandi garam dulu.

4.      Pakai Kostum Hewan Lain.
Ada cerita absurd: seorang pria memakai topi berbentuk kepala ayam. Kucing tidak mendekat, tapi malah datang burung elang. Jadi ya... jangan.

 

Penutup: Mungkin Dunia Memang Milik Kucing

Kalau kamu pikir kamu pemilik rumah, pikirkan ulang. Kalau kamu pikir kamu manusia paling dominan di kantor, tunggu sampai ada kucing liar masuk ruang rapat dan semua orang panik.

Kucing memang makhluk penuh misteri. Mereka bisa tidur 18 jam, lalu terbangun hanya untuk melemparkan tatapan penuh penghinaan padamu. Tapi entah kenapa, kita tetap memelihara mereka. Dan mereka tetap memilih untuk mencintai yang tidak menginginkan mereka.

Jadi kenapa kucing selalu mengejar orang yang takut padanya?

Jawaban paling logis dan konyol adalah:
Karena kucing tahu, dalam hati terdalam… kamu butuh mereka.
Atau setidaknya, kamu butuh alasan buat berlari pagi


Sunday, July 6, 2025

Drama Karyawan Baru yang Berusaha Sok Sibuk

Pendahuluan: Karyawan Baru dan Ilusi Produktivitas

Hari pertama kerja. Jas rapi, sepatu kinclong, rambut klimis (atau jilbab yang dilipat simetris). Wajah penuh semangat, senyum tak lepas dari wajah, dan tentu: satu misi utama—memberi kesan pertama yang maksimal.

Namun, dalam upaya tampil profesional, muncul fenomena yang sangat khas dunia kerja: karyawan baru yang sok sibuk.

Bukan karena dia benar-benar sibuk, tapi karena… ya, gimana lagi? Tugas belum jelas, tapi nggak enak kalau terlihat santai. Akhirnya, mulailah drama kerja ala sinetron prime time: mengetik sembarang dokumen, berpura-pura membaca email, atau jalan cepat tanpa tujuan.

Mari kita bahas, penuh tawa dan mungkin sedikit sentilan, bagaimana karyawan baru berusaha tampil “super produktif” padahal dalam hati bingung harus ngapain.

 

Bab 1: Hari Pertama dan Rasa Tak Enakan

Semua berawal di hari pertama.

Namanya Andi. Fresh graduate, baru pertama kali kerja di kantor sungguhan. Setelah orientasi singkat, ia diberi meja kerja dan akun email kantor. Tapi... itu saja. Tidak ada tugas. Tidak ada instruksi. Tidak ada arahan.

Andi mencoba tetap tenang, lalu berkata dalam hati:

“Nggak apa-apa, mungkin hari pertama memang pengen gue adaptasi dulu. Tapi gue harus terlihat sibuk. HARUS.”

Maka dimulailah aksi teatrikal bernama: Sok Sibuk Episode 1.

 

Bab 2: Email-Emailan Tak Bernyawa

Langkah pertama: buka Outlook. Masukkan password. Email masuk? Hanya dua:

1.      Email sambutan dari HR.

2.      Email notifikasi sistem absensi.

Tapi Andi tetap menatap layar dengan serius. Lalu mulai klik sana-sini, membuka dan menutup folder “Inbox” berkali-kali. Sesekali mengetik sesuatu ke kolom “Search”, seperti “Project 2025” padahal nggak ada file-nya.

Rekan di sebelahnya bertanya, “Ngapain, Mas?”

Andi menjawab dengan suara penuh beban tanggung jawab:

“Lagi follow up beberapa hal urgent via email.”

Padahal barusan dia kirim email ke dirinya sendiri:
Subject: Cek
Isi: Test kirim email.

 

Bab 3: Jalan Tanpa Tujuan, Tapi Penuh Keyakinan

Setelah bosan pura-pura serius di depan komputer, Andi bangkit. Mengambil map kosong, dan mulai berjalan cepat keliling kantor. Ke pantry, ke ruangan HR, bahkan ke toilet dengan langkah penuh makna.

Beberapa rekan mengamati geraknya dan berbisik, “Si Andi rajin ya, kelihatannya sibuk terus.”

Padahal dalam hati Andi berkata:

“Gue ngapain sih sebenernya?”

Yang penting terlihat gesit. Jalan cepat + wajah serius = kesan orang penting. Itu hukum dasar dunia kantor.

 

Bab 4: Jendela Excel dan PowerPoint Tanpa Isi

Jam 11 siang, Andi mulai membuka Excel.

Sheet kosong. Tapi dia mengklik sel A1 sampai E20 dengan penuh semangat. Lalu mengetik “test” di sel B2, mengatur format huruf jadi bold, warna hijau, rata tengah. Lalu bikin grafik dari data fiktif: 10, 20, 30, 40.

Hasilnya? Pie chart yang tidak penting, tapi kelihatan sangat “kerja.”

Tak lupa buka PowerPoint. Slide pertama berjudul:
“Internal Strategy Alignment & Optimization Framework 2025”

Slide kedua: kosong.

Tapi sudah cukup untuk memberikan ilusi bahwa dia “menggodok strategi penting.”

 

Bab 5: Teknik ‘Alt+Tab’ dan Refleks Menyelamatkan Diri

Salah satu skill penting karyawan baru yang ingin terlihat sibuk adalah kemampuan refleks menekan Alt+Tab. Saat membuka YouTube sebentar (untuk hiburan, katanya sih “riset tren Gen Z”), dan mendengar suara langkah manajer mendekat…

Alt+Tab langsung menampilkan spreadsheet yang tadi berisi angka khayalan.

Keahlian ini mirip ninja—cepat, tepat, dan penuh insting bertahan hidup.

 

Bab 6: Meeting Dadakan untuk Eksistensi

Beberapa hari kemudian, Andi mencoba naik level. Ia membuat meeting sendiri via Google Calendar, dengan judul:
“Brainstorming: Future Possibilities”
Pesertanya? Diri sendiri.

Di ruang meeting, ia duduk dengan laptop terbuka dan muka serius. Dari luar terlihat seperti sedang pitching ke investor. Padahal, ia sedang bermain Minesweeper sambil membuka LinkedIn.

Ketika ditanya, “Tadi meeting sama siapa, Mas?”
Ia menjawab:

“Internal alignment. Nggak bisa di-skip, penting banget buat quarter depan.”

Wah, bahasanya sudah mulai senior.

 

Bab 7: Akrab dengan Alat Tulis, Tapi Nggak Nulis Apa-Apa

Andi juga mulai membawa buku catatan kemana-mana. Setiap kali ada obrolan, langsung buka buku dan menulis sesuatu. Meskipun yang dicatat hanyalah:

·         “Catatan penting: jangan kelihatan nganggur.”

·         “Cari tahu arti ‘alignment’. Kedengaran keren.”

·         “Belajar kata-kata sakti seperti ‘inisiatif’ dan ‘proaktif’.”

Tak lupa, stabilo warna-warni agar terlihat visual dan dinamis. Meski isinya tetap nihil.

 

Bab 8: Ngobrolin Proyek Imajinasi

Seminggu berlalu. Andi mulai berani menyisipkan jargon keren saat ngobrol:

“Kemarin gue sempat breakdown beberapa strategi digital buat pipeline minggu depan…”

Padahal maksudnya: buka Canva, utak-atik template presentasi, lalu bingung mau nulis apa.

Ia juga mulai sering berkata,

“Gue sih sekarang fokus ke hal yang impact-nya besar, bukan cuma task remeh.”

Menariknya, tak ada satu pun orang yang tahu apa tugasnya sebenarnya.

 

Bab 9: Saat Semua Terbongkar… Tapi Tidak Ada yang Peduli

Suatu hari, atasan Andi akhirnya berkata,

“Mas, saya lihat Anda aktif banget ya. Tapi minggu ini belum ada output konkret yang dikirim ya?”

Andi gugup. Panik. Berkeringat. Tapi ia mengangguk tenang dan menjawab:

“Saya lagi mendalami proses. Lebih ke fase discovery dan mapping.”

Atasannya bingung. Tapi karena terdengar seperti istilah konsultan mahal, akhirnya dia hanya berkata:

“Oke. Lanjutkan ya.”

Dan Andi pun selamat. Lagi.

 

Bab 10: Refleksi—Kenapa Banyak Karyawan Baru Sok Sibuk?

Fenomena ini bukan karena malas, tapi sering kali karena:

·         Bingung harus mulai dari mana.

·         Tidak ada onboarding yang jelas.

·         Takut terlihat tidak berguna.

·         Atau… ingin dianggap berkontribusi, meski belum tahu bagaimana.

Di sisi lain, kantor sering lupa bahwa orientasi bukan cuma kasih meja dan email, tapi juga memberi arah dan ekspektasi yang jelas.

Akhirnya, daripada bengong, karyawan baru pun berakting… dan tanpa sadar, mengasah kemampuan politik kantor yang sangat vital.

 

Penutup: Daripada Sok Sibuk, Mending Jujur dan Nanya

Jadi, wahai para karyawan baru…
Daripada membuat “presentasi palsu” atau “meeting bayangan”, lebih baik:

·         Tanyakan langsung ke atasan: “Apa yang bisa saya bantu?”

·         Buat catatan real tentang alur kerja.

·         Tawarkan diri bantu proyek yang ada.

·         Dan ingat, tidak apa-apa terlihat santai kalau memang belum ada kerjaan. Yang penting, siap ketika dibutuhkan.

Dan bagi para senior…
Jangan terlalu cepat kagum dengan yang terlihat sibuk. Bisa jadi, mereka hanya sedang menunggu tugas… sambil membuat grafik Excel dari jumlah cacing tanah per tahun.

 

Akhir kata:
Jika Anda melihat rekan baru jalan cepat ke pantry bawa map kosong, jangan salahkan dia. Mungkin dia sedang dalam fase penyesuaian… atau syuting sitkom internal bertajuk "Sibuk Tapi Ngambang."

Friday, June 27, 2025

Apakah Kucing Diam-diam Ingin Menguasai Dunia?


Apakah Kucing Diam-diam Ingin Menguasai Dunia?

Oleh: Aco Nasir (Peneliti Paruh Waktu di Institut Teori Kucing Global)

🕵️‍♂️ Pengantar yang Tidak Serius Tapi Perlu Dikhawatirkan

Selama ini kita menganggap kucing sebagai makhluk lucu yang suka tidur di keranjang cucian, mengeong minta makan, dan menatap keluar jendela seolah sedang menulis puisi patah hati. Tapi… bagaimana jika semua itu adalah bagian dari rencana besar?

Ya, rencana dominasi dunia.

😼 Bukti #1: Mereka Bisa Tidur di Mana Saja... dan Tetap Terlihat Kaya

Kucing bisa tidur di atas laptop panas, dalam kardus sempit, di kepala kita, atau di tengah jalan... dan tetap terlihat seperti bangsawan Prancis. Bahkan kalau manusia tidur di bawah meja, kita disebut stres atau PHK.

Tapi kucing? Kita bilang: “Awww, dia pasti lelah setelah tidak melakukan apa-apa.”

Dominasi dimulai dari pencitraan.

📱 Bukti #2: Mereka Sudah Menguasai Internet

Ingat siapa penguasa YouTube sebelum para gamer dan beauty vlogger? Kucing.
Mereka tidak butuh kamera profesional, tidak perlu editan. Hanya menjatuhkan vas bunga dari meja dan BOOM! 10 juta views.

Mereka tidak memburu klik. Kita yang datang mencari mereka.

💼 Bukti #3: Kita Jadi Pembantu Mereka dan Tidak Sadar

Pernahkah Anda menyadari bahwa Anda bangun pagi demi memberi makan mereka? Menyapu bulu-bulu mereka dari sofa? Membuka pintu saat mereka hanya berdiri, lalu pergi tanpa masuk?

Ini bukan rumah kita. Ini markas mereka. Kita cuma staf shift malam.

🤖 Bukti #4: Mereka Sedang Merekrut Robot

Coba perhatikan: kucing suka duduk di atas printer, robot vacuum, bahkan laptop. Mereka menguasai teknologi.

Bukan tidak mungkin mereka sedang mentransfer DNA dengkuran ke AI agar dunia dikuasai robot kucing. Jangan kaget kalau suatu hari Alexa menjawab dengan, “Meow.”

👑 Kesimpulan Sementara (Sebelum Kita Semua Menjadi Budak Kucing)

Mereka tidur 16 jam sehari, tidak punya pekerjaan tetap, disembah manusia, dan viral di internet.
Itu bukan kucing biasa.

Itu CEO masa depan.😺

 Solusi? Tidak Ada. Nikmati Saja.

Kalau mereka memang ingin menguasai dunia... ya, biarkan. Minimal dunia akan lebih imut, dan semua masalah bisa diselesaikan dengan tidur siang. 

Catatan Akhir:

Artikel ini dibuat sebagai bentuk hormat kepada semua kucing yang mungkin sedang membaca ini dari balik laptop Anda.





Kalau mereka tersinggung… ya, kita semua dalam bahaya.