Showing posts with label Kesalahan yang Menjadi Kebiasaan. Show all posts
Showing posts with label Kesalahan yang Menjadi Kebiasaan. Show all posts

Monday, November 8, 2021

Kesalahan yang Menjadi Kebiasaan


Drama Kantor Sehari-hari: Kejutan Kecil dari Tono

Tokoh-tokoh:

  1. Pak Budi - Bos yang sering bingung, tetapi baik hati.
  2. Rina - Sekretaris yang cerdas, tetapi terkadang suka lupa.
  3. Tono - Pegawai baru yang selalu ingin mencoba hal baru, tetapi sering salah.
  4. Dina - Rekan kerja yang selalu sibuk dan agak sarkastis.

Setting: Ruang kantor dengan meja, kursi, komputer, dan telepon.

Adegan 1: Di ruang kantor, Rina sedang sibuk mengetik sesuatu di komputer. Pak Budi masuk dengan tampang bingung, mencari sesuatu di kantong celananya.

Pak Budi: (berbisik pada diri sendiri) "Mana kunci kantor, ya? Tadi kayaknya di sini deh."

Rina: (melihat Pak Budi) "Pak Budi, ada yang bisa saya bantu?"

Pak Budi: "Rina, kamu lihat kunci kantor nggak? Tadi kayaknya di saku saya."

Rina: (berpikir) "Hmm, coba Bapak cek di meja kerja Bapak."

Pak Budi: "Oh, iya, benar juga. Mungkin ketinggalan di sana." (keluar dari ruangan dengan panik)

Tono: (masuk dengan tawa) "Pak Budi selalu begitu ya, suka lupa sendiri."

Rina: "Ya, namanya juga Pak Budi. By the way, Ton, kamu udah beres kerjaan hari ini?"

Tono: "Ehm, hampir. Tapi... aku tadi nggak sengaja menghapus file penting."

Rina: (terkejut) "Apa? File yang mana?"

Tono: "Yang... laporan bulanan itu."

Rina: (mengerang) "Aduh, Tono! File itu penting banget! Kamu udah lapor ke Pak Budi belum?"

Tono: "Belum. Aku takut dimarahi."

Rina: "Ya ampun, yaudah coba kamu cari cara buat ngembalikan file-nya. Cepat sebelum Pak Budi tahu!"

Adegan 2: Dina masuk sambil membawa banyak berkas. Dia terlihat sibuk dan terburu-buru.

Dina: "Rina, kamu lihat berkas yang aku minta tadi pagi?"

Rina: "Ehm... tunggu sebentar." (mencari berkas di tumpukan kertas)

Dina: (sambil melirik ke arah Tono) "Tono, kok kamu kayaknya pucat? Ada apa?"

Tono: "Aduh, Mbak Dina, aku tadi nggak sengaja hapus file laporan bulanan."

Dina: (tertawa sarkastis) "Hapus? Ya ampun, Tono. Kamu memang selalu bikin kejutan, ya. Udah tahu belum kalau Pak Budi itu bisa berubah jadi Hulk kalau tahu hal begini?"

Tono: "Hah? Hulk? Ya ampun, gimana nih?"

Dina: "Tenang, tenang. Bercanda kok. Tapi serius, coba minta tolong bagian IT. Siapa tahu bisa diselamatkan."

Adegan 3: Pak Budi kembali ke ruangan dengan wajah lega, memegang kunci kantor.

Pak Budi: "Aha! Ketemu juga kuncinya! Eh, kalian kenapa? Kok pada tegang?"

Rina: (terkekeh) "Nggak kok, Pak. Cuma Tono tadi habis ngasih kejutan kecil."

Tono: "Iya, Pak, kejutan. Hehehe..."

Pak Budi: "Hah? Kejutan apa?"

Dina: (sambil tersenyum) "Nggak ada yang serius kok, Pak. Cuma dia lagi belajar supaya nggak bikin kesalahan lagi."

Pak Budi: "Bagus, bagus. Asal belajarnya benar, jangan sampai jadi kebiasaan aja, ya!"

Tono: "Siap, Pak! Saya janji!"

Pak Budi: "Nah, sekarang ayo kerja lagi! Besok kan ada rapat besar. Jangan sampai ada kejutan lagi, ya!"

Semua: (bersamaan) "Siap, Pak!"

Penutup: Semua kembali ke meja kerja masing-masing. Tono terlihat sedikit tegang tapi tersenyum lega.

===============================

 

 Drama Kantor Sehari-hari: Kejutan Kecil dari Tono

Pagi itu, suasana di kantor masih cukup tenang. Suara keyboard mengetik dan deru kipas angin dari AC tua menjadi latar belakang rutin. Rina, sang sekretaris yang cerdas tapi agak pelupa, sedang fokus mengetik laporan di komputernya. Seperti biasa, kacamata duduk manis di ujung hidungnya, dan secangkir kopi sudah separuh habis di samping monitor.

Tiba-tiba pintu terbuka pelan. Pak Budi, bos besar yang dikenal baik hati tapi sering kali kebingungan, masuk dengan langkah ragu. Wajahnya seperti sedang mencari sesuatu—dan memang benar.

“Mana kunci kantor, ya?” bisiknya pada diri sendiri sambil merogoh kantong celana depan, lalu belakang, lalu depan lagi. “Tadi kayaknya di sini deh.”

Rina mengangkat kepala, menoleh. “Pak Budi, ada yang bisa saya bantu?”

Pak Budi menatap Rina dengan wajah penuh harap. “Rina, kamu lihat kunci kantor nggak? Tadi kayaknya di saku saya, tapi sekarang hilang.”

Rina berpikir sejenak, lalu berkata, “Coba Bapak cek di meja kerja Bapak. Siapa tahu ketinggalan di sana.”

Mata Pak Budi langsung membesar seolah baru dapat pencerahan. “Oh iya, benar juga! Mungkin ketinggalan di sana.” Dan tanpa basa-basi, ia keluar dari ruangan dengan langkah panik.

Tak lama kemudian, muncullah Tono, pegawai baru yang penuh semangat dan rasa penasaran. Sayangnya, semangatnya itu sering kali justru berujung pada kekacauan kecil.

“Pak Budi selalu begitu ya, suka lupa sendiri,” katanya sambil tertawa, menurunkan tas dari bahu.

Rina mengangkat alis dan tersenyum kecil. “Ya, namanya juga Pak Budi. Tapi hatinya baik, kok. By the way, Ton, kamu udah beres kerjaan hari ini?”

Tono menggaruk-garuk kepala, terlihat ragu. “Ehm... hampir. Tapi... aku tadi nggak sengaja menghapus file penting.”

Rina langsung berhenti mengetik. “Apa? File yang mana?”

“Yang... laporan bulanan itu,” jawab Tono dengan suara nyaris seperti bisikan.

Rina memutar mata. “Aduh, Tono! File itu penting banget! Kamu udah lapor ke Pak Budi belum?”

Tono menggeleng cepat. “Belum. Aku takut dimarahi.”

Rina menarik napas dalam. “Ya ampun. Yaudah, coba kamu cari cara buat ngembaliin file-nya. Mungkin bisa recovery. Cepetan sebelum Pak Budi tahu!”

Belum selesai suasana cemas itu reda, Dina masuk ke ruangan. Dina ini rekan kerja mereka yang selalu tampak sibuk—lengkap dengan berkas bertumpuk di pelukannya dan gaya bicara yang kadang sarkastis.

“Rina, kamu lihat berkas yang aku minta tadi pagi?” tanyanya tanpa basa-basi.

Rina langsung membuka tumpukan kertas di mejanya. “Ehm... tunggu sebentar ya.”

Dina melirik ke arah Tono yang terlihat seperti anak ayam kehilangan induk.

“Tono, kok kamu kayaknya pucat? Ada apa?”

Tono terlihat makin panik. “Aduh, Mbak Dina, aku tadi nggak sengaja hapus file laporan bulanan.”

Dina tertawa kecil, gaya khasnya. “Hapus? Ya ampun, Tono. Kamu memang selalu bikin kejutan, ya. Udah tahu belum kalau Pak Budi itu bisa berubah jadi Hulk kalau tahu hal begini?”

“Hah? Hulk?” Tono makin panik. “Ya ampun, gimana nih?”

Dina menepuk pundaknya. “Tenang, tenang. Bercanda kok. Tapi serius, coba minta tolong bagian IT. Siapa tahu bisa diselamatkan. Biasanya sih ada backup-nya.”

Saran Dina itu langsung membuat Tono seperti mendapatkan secercah cahaya di tengah badai. “Iya, iya, aku ke IT sekarang!” Dan ia langsung melesat keluar.

Beberapa menit kemudian, pintu terbuka kembali. Pak Budi muncul lagi dengan wajah sumringah sambil mengacung-acungkan kunci kantor.

“Aha! Ketemu juga kuncinya!” serunya penuh kemenangan. “Eh, kalian kenapa? Kok pada tegang?”

Rina terkekeh. “Nggak kok, Pak. Cuma Tono tadi habis ngasih kejutan kecil.”

Tono baru saja kembali dari bagian IT, dengan wajah agak lega meski masih cemas. “Iya, Pak. Kejutan. Hehehe...”

Pak Budi mengerutkan dahi. “Hah? Kejutan apa?”

Dina langsung sigap menengahi. “Nggak ada yang serius kok, Pak. Cuma dia lagi belajar supaya nggak bikin kesalahan lagi.”

Pak Budi menepuk bahu Tono. “Bagus, bagus. Asal belajarnya benar, jangan sampai jadi kebiasaan aja, ya!”

“Siap, Pak! Saya janji!”

Pak Budi tersenyum puas. “Nah, sekarang ayo kerja lagi! Besok kan ada rapat besar. Jangan sampai ada kejutan lagi, ya!”

“Siap, Pak!” jawab mereka serempak, seperti anak-anak sekolah menjawab gurunya.

Semua pun kembali ke tempat masing-masing. Rina kembali ke keyboardnya, Dina ke tumpukan berkasnya, dan Tono duduk di depan komputernya sambil bernapas lega.

Pelajaran dari Sebuah Kejutan

Kisah sehari-hari di kantor ini mungkin terdengar sederhana, tapi sesungguhnya menyimpan banyak pelajaran. Pertama, tidak ada yang sempurna di kantor ini. Bahkan Pak Budi, sang bos, bisa lupa tempat naruh kunci. Rina, meski cerdas, kadang suka lupa taruh berkas. Dina, yang kelihatan paling sibuk dan galak, ternyata punya sisi peduli yang cukup besar. Dan Tono? Ya, dia mewakili kita semua di hari pertama kerja: semangat tinggi, tapi kadang malah bikin masalah.

Yang penting adalah bagaimana mereka semua menanggapi kesalahan itu. Nggak ada yang marah berlebihan. Nggak ada yang saling menyalahkan. Yang ada justru saling mengingatkan, membantu, bahkan bercanda agar suasana tetap cair.

Bekerja di kantor bukan cuma soal menyelesaikan tugas. Tapi juga soal membangun hubungan, memahami karakter masing-masing, dan tentu saja... menghadapi kejutan yang bisa datang kapan saja.

Di balik meja-meja, kursi-kursi, komputer yang selalu menyala, dan telepon yang kadang berbunyi tiba-tiba, selalu ada cerita unik yang tak tertulis dalam SOP kantor mana pun. Seperti hari itu, ketika satu file hilang nyaris membuat kantor panik, tapi juga menjadi momen keakraban antar-rekan kerja.

Tono kini tahu bahwa menghapus file penting itu bukan akhir dunia. Selama masih ada niat memperbaiki, masih ada harapan. Dan dia juga belajar, kalau Dina yang kelihatan galak itu, ternyata bisa juga jadi penolong. Rina? Ia belajar untuk lebih rapi lagi menaruh berkas. Sementara Pak Budi? Yah, semoga habis ini beliau mulai memakai gantungan kunci supaya nggak panik tiap pagi.

Akhirnya, semua kembali seperti biasa. Tapi hari itu tetap akan diingat sebagai “Hari Kejutan Tono”. Sebuah kisah yang nantinya mungkin akan diceritakan ke pegawai baru lainnya: “Dulu ada satu anak baru, namanya Tono...”

Dan cerita pun terus berlanjut, seperti hidup yang tak pernah kehabisan drama kecil.

TAMAT