Kisah Rekan Kerja yang Salah Kirim Email ke Bos [Adegan 1: Suasana Kantor yang Sibuk] Ruangan kantor terlihat
ramai, para karyawan sibuk dengan laptop mereka. Di sudut ruangan, Dani
tampak panik di depan layar komputernya. Dani: (berbisik panik) Aduh, gimana sih ini? Kenapa bisa salah kirim? Rina: (mengintip dari biliknya) Eh, Dan, kenapa lo kayak habis lihat hantu? Dani: Gue salah kirim email, Rin! Rina: Halah, biasa aja kali. Paling juga salah attachment atau kurang
lampiran. Siapa yang dapet? Dani: BOS!! (hampir teriak) Rina: Hah?? Yang bener?! Itu email apa? Dani: Email curhat gue tentang gimana si bos nggak ngerti kerjaan kita. Gue
tulis gitu aja, terus gue tambahin meme ayam bingung. Rina: (mulai tertawa) Ya ampun, Dan. Terus sekarang? Dani: Gue udah kirim email kedua, isinya, "Bapak mohon abaikan email
sebelumnya, itu salah kirim." Tapi ternyata... di bawahnya gue tetap
kirim ulang meme ayam bingungnya! Aduh mati gue! Rina: (tertawa keras) Itu namanya bukan damage control, tapi memperburuk
keadaan! [Adegan 2: Suasana Makin Tegang] Dani menatap layar dengan
putus asa. Telepon mejanya tiba-tiba berbunyi. Dani: (memucat) Aduh, jangan bilang ini telepon dari bos... Rina: (berbisik sambil tertawa) Angkatlah, siapa tahu beliau suka ayam
bingung. Dani: (mengangkat telepon dengan hati-hati) Halo? Dani di sini. Bos: (dengan suara tenang) Dani, saya sudah baca email Anda. Saya hanya ingin
tahu, siapa itu ayam bingung? Apa itu saya? Dani: (terdiam beberapa detik) E-e... bukan Pak. Itu hanya metafora... Bos: Metafora apa? Dani: Ehm, metafora tentang kehidupan yang penuh kejutan, Pak. Bos: Hmm... menarik. Datang ke ruangan saya. Kita perlu bicarakan 'kehidupan'
ini lebih lanjut. Dani: (berbisik sambil menutup telepon) Gue bakal dipecat... Gue bakal
dipecat... [Adegan 3: Ending yang Tak Terduga] Beberapa menit kemudian,
Dani keluar dari ruangan bos dengan wajah heran. Rina: (penasaran) Gimana? Lo dipecat? Dani: Nggak. Dia malah ngakak lihat meme ayam bingungnya. Sekarang malah gue
diminta bikin meme buat presentasi internal dia minggu depan... Rina: (tertawa keras) Seriusan? Wah, karir lo jadi ahli meme di sini, Dan! Dani: (tersenyum lemah) Hidup memang penuh kejutan... Pesan moral: Jangan pernah curhat di email kerja, apalagi kirim meme ayam
bingung ke bos, kecuali kalau kamu siap jadi ahli meme dadakan! |
Kisah Rekan Kerja yang Salah Kirim Email ke Bos
Di suatu pagi yang terlihat biasa-biasa saja di kantor PT. Harapan Jaya Sentosa, suasana kantor tampak ramai. Suara ketikan keyboard berpadu dengan deru mesin pendingin ruangan. Para karyawan tenggelam dalam pekerjaan mereka masing-masing, sebagian sibuk menatap layar, sebagian lagi sibuk menatap jendela, pura-pura sibuk.
Namun, dari sudut ruangan yang agak tersembunyi di balik pot tanaman plastik yang sudah agak menguning, terdengar bisikan panik dari seseorang. Dia adalah Dani, staf divisi operasional yang terkenal kalem dan jarang bikin masalah.
[Adegan 1: Suasana Kantor yang Sibuk]
Dani: (berbisik panik sambil menatap layar laptop) "Aduh, gimana sih ini? Kenapa bisa salah kirim? Mati gue, mati gue..."
Rina: (mengintip dari balik biliknya) "Eh, Dan, lo kenapa sih? Muka lo kayak habis lihat gaji naik tapi nama lo nggak ada di daftar."
Dani: "Gue... salah kirim email."
Rina: "Yah, biasa aja kali. Paling juga salah lampiran atau lupa CC."
Dani: "Yang nerima bos kita!" (suara hampir teriak)
Rina: (membelalakkan mata) "Ya Allah... itu email apa, Dan? Jangan bilang lo kirim invoice palsu atau file gaji yang diutak-atik?"
Dani: (duduk lemas) "Lebih parah. Itu email curhatan gue tentang bos nggak ngerti kerjaan tim. Terus gue kasih penutupnya meme ayam bingung pakai caption 'ketika atasan kasih instruksi tapi isinya cuma kata mutiara motivasi'..."
Rina: (tertawa tertahan) "Ya ampun Dan! Itu mah bukan email curhat, itu surat pengunduran diri kreatif!"
Dani: "Gue langsung kirim email kedua: 'Bapak mohon abaikan email sebelumnya, itu salah kirim.' Tapi... tanpa sengaja meme ayam bingungnya ikut ke-attach lagi."
Rina: (tertawa keras sampai batuk) "Duh... Dan, lo ini mau damage control atau buka episode baru di sinetron 'Karyawan Teraniaya'?"
[Adegan 2: Suasana Makin Tegang]
Dani menatap layar komputer dengan tatapan kosong. Napasnya pendek-pendek seperti orang habis lari 100 meter padahal cuma duduk. Detik berikutnya, telepon di meja kerjanya berdering.
Dani: (memucat) "Jangan bilang ini bos..."
Rina: (berbisik sambil senyum jahat) "Angkatlah. Siapa tahu beliau penggemar ayam bingung juga."
Dani: (mengangkat telepon pelan-pelan) "Halo, Dani di sini."
Bos: (suara tenang tapi dingin) "Dani, saya sudah baca email Anda. Saya hanya ingin tahu… siapa itu ayam bingung? Itu maksudnya saya?"
Dani: (diam beberapa detik, tangan gemetar) "E-e… bukan, Pak. Itu cuma metafora..."
Bos: "Metafora apa?"
Dani: (mencoba sok bijak) "Metafora tentang kehidupan yang... penuh kejutan, Pak."
Bos: "Hmm. Menarik. Datang ke ruangan saya sekarang. Kita perlu bicarakan 'kehidupan' ini lebih lanjut."
Dani: (meletakkan gagang telepon, lalu berbisik ke Rina) "Gue bakal dipecat... gue bakal disuruh bersih-bersih laci hari ini..."
[Adegan 3: Ending yang Tak Terduga]
Beberapa menit kemudian, Dani keluar dari ruangan bos. Tapi bukan dengan wajah menangis atau membawa kardus isi barang-barangnya. Justru dia terlihat heran, agak bingung, tapi masih hidup.
Rina: (penasaran) "Gimana? Lo dipecat? Lo dipelototin? Dikasih wejangan ala motivator TikTok?"
Dani: *"Nggak. Dia malah ngakak lihat meme ayam bingungnya. Katanya, 'Saya juga sering merasa begitu waktu rapat direksi.
Kisah Kocak Rekan Kerja yang Salah Kirim Email ke Bos
"Ayam Bingung" yang Mengubah Nasib
[Adegan 1: Kantor yang Sibuk dan Dani yang Panik]
Pagi itu kantor terasa seperti biasa—suara ketikan keyboard bersahutan, mesin fotokopi mendengus lelah, dan aroma kopi sachet dari pantry menyebar ke segala penjuru. Tapi di salah satu sudut ruangan, terdapat satu makhluk bernama Dani yang sedang mengalami krisis kehidupan selevel mau sidang skripsi tanpa revisi.
Dani duduk terpaku di depan laptopnya, wajahnya pucat seperti habis melihat tagihan listrik rumah kos tiga bulan belum dibayar. Tangannya gemetar, matanya menatap layar dengan pandangan nanar, dan dari mulutnya terdengar bisikan:
“Aduh, gimana sih ini? Kenapa bisa salah kirim? Gimana gue bisa hidup setelah ini?”
Dari bilik sebelah, muncul kepala Rina, rekan kerja sekaligus sahabat karib Dani. Melihat ekspresi Dani, Rina langsung curiga.
“Eh, Dan... lo kenapa? Lo kelihatan kayak baru lihat setan nulis laporan tahunan.”
Dani hanya menatap Rina dengan mata penuh harapan dan duka.
“Gue... salah kirim email, Rin.”
“Lah, kirim email doang. Emangnya salah kirim ke siapa sih? Paling juga salah attachment, biasa.”
Dani menunduk lemas, lalu berkata dengan nada hampir berteriak:
“Ke BOS!!”
Rina langsung membelalakkan mata. Seisi kantor tiba-tiba hening seketika. Bahkan printer di pojok pun ikut berhenti seolah berkata, “Waduh.”
“Eh? Lo becanda kan? Email apa?”
“Email curhat gue... tentang betapa si bos gak ngerti kerjaan kita. Gue tulis semua unek-unek... terus gue tambahin meme ayam bingung... Tau kan yang matanya melotot terus tulisannya: 'Ngapain gue di sini sebenernya?'”
Rina langsung tertawa ngakak. Tapi Dani malah makin panik.
“Rin... itu belum puncaknya. Gue langsung kirim email kedua, minta abaikan email sebelumnya... Tapi...”
“Tapi apa?”
“...tanpa sadar gue attach meme ayam bingungnya lagi!”
[Adegan 2: Telepon dari Takdir]
Belum sempat Rina menyerap sepenuhnya drama ini, telepon meja Dani berbunyi. Bunyinya terdengar seperti lonceng pemanggil malaikat maut. Dani menatap telepon itu seolah itu adalah bom waktu.
“Jangan bilang... Ini bos.”
Rina menutup mulutnya menahan tawa.
“Angkat, Dan. Siapa tahu beliau ternyata fans berat ayam bingung juga.”
Dengan tangan gemetar seperti ujian SIM praktik tanjakan, Dani mengangkat telepon.
“Halo? Dani di sini…”
Suara di ujung sana terdengar sangat tenang, dan justru itu yang membuat bulu kuduk Dani berdiri.
“Dani, saya sudah baca email Anda... Saya hanya ingin tahu... Siapa itu ayam bingung? Itu saya?”
Suasana hening. Dani merasa waktu berhenti. Wajahnya pucat, detak jantungnya nyaris masuk BPM trance remix.
“E-e... bukan, Pak. Itu hanya... metafora...”
“Metafora apa?”
“Eh... metafora tentang kehidupan, Pak. Yang penuh kejutan dan ketidakpastian.”
Hening lagi. Lalu si bos berkata dengan nada pelan namun tegas:
“Hmm... menarik. Datang ke ruangan saya. Kita perlu bicara... tentang 'kehidupan' ini lebih lanjut.”
Dani menutup telepon. Dia menoleh ke Rina dengan wajah seperti orang habis sidang dan dinyatakan lulus dengan catatan: revisi semuanya.
“Gue bakal dipecat... Rin... tolong jagain kucing gue ya kalau gue dipecat...”
Rina nyaris meledak tertawa.
[Adegan 3: Kejutan dalam Ruang Bos]
Beberapa menit yang terasa seperti bertahun-tahun, Dani kembali ke ruangannya. Tapi wajahnya... tidak sesuram sebelumnya. Dia tampak heran... dan sedikit bingung. Seperti ayam... ya, ayam bingung.
Rina langsung menyerbu.
“Gimana? Lo masih punya pekerjaan? Atau udah jadi pengangguran berpengalaman?”
Dani menghela napas panjang.
“Gue... nggak dipecat.”
“Hah? Serius?”
“Bahkan... dia ngakak liat meme ayam bingungnya. Katanya ‘jujur, ini menggambarkan rapat-rapat mingguan kita banget’.”
Rina makin tertawa keras.
“Terus?”
“Sekarang gue diminta bikin meme
No comments:
Post a Comment