Salah Sangka, Ternyata Bukan Suara Kuntilanak tapi Tikus di Dapur
Narator: Malam itu, rumah Pak Darmo mendadak mencekam.
Suara misterius terdengar dari arah dapur. "Hihihihi...
hihihihi..." Suaranya kecil, tapi cukup membuat bulu kuduk berdiri. Pak Darmo: (duduk di ruang tamu, gemetaran sambil
memegang sapu) "Bu! Bu Sri! Kamu denger nggak suara itu?" Bu Sri: (keluar dari kamar dengan wajah mengantuk)
"Apaan sih, Pak? Tengah malam gini malah ribut." Pak Darmo: "Itu, Bu! Dari dapur! Suara cekikikan!
Jangan-jangan... kuntilanak!" Bu Sri: (mengerutkan dahi) "Pak, jangan ngawur.
Kuntilanak mana mau mampir ke dapur kita yang sumpek gitu." Pak Darmo: "Tapi bener, Bu! Suaranya serem banget!
Nggak percaya, ayo ikut aku ke dapur!" Narator: Dengan penuh keberanian yang setengah hati, Pak
Darmo dan Bu Sri menuju dapur. Pak Darmo membawa sapu sebagai senjata,
sementara Bu Sri hanya membawa sandal jepit. Pak Darmo: (berbisik) "Pelan-pelan, Bu. Kalau itu
bener kuntilanak, kita jangan langsung nyerang." Bu Sri: "Pak, kalau itu bener kuntilanak, sapu sama
sandal jepit nggak bakal ngaruh!" Narator: Saat mereka sampai di depan pintu dapur, suara
itu terdengar lagi. "Hihihihi..." Pak Darmo: (memegang dada) "Astaga, beneran ada,
Bu!" Bu Sri: (menyipitkan mata ke arah meja dapur)
"Tunggu dulu, Pak. Coba lampunya dinyalain." Narator: Dengan tangan gemetaran, Pak Darmo menyalakan
lampu dapur. Tiba-tiba, mereka melihat sesuatu bergerak di atas meja. Pak Darmo: "AAAAAAAA! ITU DIA!" Bu Sri: (menatap tajam) "Pak, itu bukan kuntilanak.
Itu tikus!" Narator: Benar saja, seekor tikus kecil sedang asyik
menggerogoti sisa roti di atas meja. Tikus itu sesekali mengeluarkan suara
seperti cekikikan kecil. Pak Darmo: (menarik napas lega) "Alhamdulillah cuma
tikus. Tapi... kok suaranya mirip banget sama kuntilanak, ya?" Bu Sri: "Tikus zaman sekarang canggih, Pak. Bisa
bikin orang kena serangan jantung!" Narator: Malam itu, bukannya tidur nyenyak, Pak Darmo dan
Bu Sri malah sibuk mengusir tikus dari dapur. Sapu dan sandal jepit pun
menjadi senjata pamungkas. Pak Darmo: (berteriak sambil mengejar tikus) "Dasar
tikus nakal! Kalau kamu bikin suara lagi, aku lempar pake panci!" Bu Sri: "Pak, itu panci buat masak besok! Jangan
ngawur!" Narator: Akhirnya, setelah kejar-kejaran selama satu jam,
tikus itu berhasil kabur lewat celah kecil di dinding. Pak Darmo dan Bu Sri
pun kembali ke kamar dengan napas tersengal-sengal. Pak Darmo: (sambil berbaring) "Bu, besok kita harus
beli perangkap tikus. Jangan sampai aku salah sangka lagi. Jantungku nggak
kuat!" Bu Sri: "Iya, Pak. Tapi inget, kuntilanak mah nggak
doyan roti basi." (tertawa kecil) Narator: Dan begitulah malam penuh drama di rumah Pak
Darmo berakhir. Ternyata, suara menyeramkan itu bukan kuntilanak, melainkan
tikus lapar. Jadi, sebelum panik, cek dapur dulu, siapa tahu cuma masalah
logistik! |