![]() |
CERCU |
Zaman sekarang, mau gombal tinggal copas dari Instagram, pakai emoji, tinggal tap love, kirim stiker lucu. Tapi kalau kamu hidup di era HP Nokia dan SMS 160 karakter, gombal itu adalah seni. Butuh kreativitas tinggi, strategi ketik cepat, dan mental baja untuk menunggu balasan yang entah datang entah tidak.
Dan kalau kamu anak warnet yang suka numpang online cuma buat buka
Friendster atau MIRC, kamu pasti punya segudang pengalaman gombal jadul ala
anak keyboard warrior. Zaman di mana satu SMS bisa mengubah hidup, dan satu
balasan “Ok.” bisa menghancurkan harga diri.
Di artikel CERCU kali ini, mari kita nostalgia bareng ke masa-masa absurd
dan romantis itu: ketika gombalan lahir dari HP Nokia, diketik sambil
merem, dan dikirim dengan deg-degan sambil ngitung pulsa.
🥲 Gombalan Jadul: Antara Puitis dan Absurd
Dulu belum ada Pinterest atau TikTok buat nyari inspirasi gombal. Yang ada
cuma imajinasi, majalah remaja, atau hasil nguping dari radio malam minggu.
Tapi hasilnya? Luar biasa garing tapi ngena. Contohnya:
·
"Kamu tuh kayak sinyal… selalu ada di
hatiku tapi susah ditangkap."
·
"HP-ku getar terus nih… mungkin kamu yang
kirim getaran cinta."
·
"Matahari boleh terbenam, tapi cintaku ke
kamu gak pernah redup."
·
"Kalau kamu pelajaran matematika, aku rela
ngulang terus sampai bisa ngerti."
Dan gombalan paling legendaris:
“Cintaku ke kamu tuh kayak pulsa… kalau habis, aku usahain isi
lagi.”
(Waduh, ini levelnya udah siap nikah ya.)
Gombalan semacam ini biasanya dikirim malam hari. Seringnya pas lagi
sendirian, duduk di teras, dengerin jangkrik, berharap si dia ngebales dengan
“aku juga sayang kamu.”
Tapi kenyataan sering tak seindah harapan.
⏳ Ketika Menunggu Balasan SMS Lebih Tegang dari Ujian Nasional
Setelah mengirim SMS romantis, dimulailah fase paling mendebarkan: menunggu
balasan.
Beberapa menit pertama: "Mungkin dia lagi makan."
30 menit kemudian: "Mungkin dia lagi mandi."
1 jam berlalu: "Kayaknya dia tidur deh."
3 jam lewat: "Jangan-jangan dia emang gak suka ya..."
Paginya: “Maaf semalam ketiduran.”
Atau yang paling menyakitkan... cuma dibalas: “Ok.”
Ya Allah, “Ok.”???
Padahal kamu udah kirim gombalan setara puisi Chairil Anwar, berharap dapet
reaksi romantis, malah dijawab kayak dosen bales email.
Tapi begitulah cinta di era SMS. Semakin kita usaha, semakin kita dilatih
ikhlas.
📴 Gombalan Dipakai Massal: Copy-Paste ke Banyak Orang
Satu fenomena menarik di era SMS jadul adalah gombalan berantai.
Satu SMS gombal dikirim ke semua kontak, berharap ada satu yang nyangkut. Anak
warnet biasanya punya koleksi SMS lucu atau romantis yang diketik di Notepad,
lalu disalin saat main warnet.
Contoh:
“Bila cinta itu ibarat sinyal, aku akan terus naik ke atap demi dapat sinyal
cintamu.”
Atau:
“Kamu seperti baterai di HP-ku… tanpamu aku lemah.”
Lalu dikirim massal ke 10 nomor berbeda. Lucunya, kadang dua orang cewek
bales barengan:
·
Cewek A: "Haha lucu juga kamu"
·
Cewek B: "Ih gombalnya basi, tapi bikin
senyum sih :)"
Nah lho.
Mulailah dilema anak warnet: “Mau lanjut yang mana ya?”
🤡 Gombalan Gagal Tapi Berkesan
Ada juga gombalan yang gagal total, tapi malah jadi cerita lucu sampai
sekarang. Seperti kisah si Dodi, anak warnet kelas 2 SMP, yang naksir cewek
sekelas. Dia kirim SMS gombalan seperti ini:
“Kalau kamu bintang, aku mau jadi langitnya… biar kita terus bareng.”
Si cewek jawab:
“Langit gak bisa dipeluk, Dod. Mending kamu jadi orang yang sadar diri.”
Ouch.
Tapi anehnya, Dodi malah makin semangat. Tiap minggu kirim gombal beda.
Walaupun akhirnya tetap ditolak, gombalannya masih dikenang teman sekelas
sampai lulus SMA.
💾 Disimpan, Dicatat, Dikenang
Zaman sekarang, pesan cinta gampang hilang. Tapi dulu, SMS romantis disimpan
rapi. Bahkan ada yang catat ulang di buku harian, atau dikunci
di folder khusus. Seperti:
·
“Jangan tidur dulu, aku masih ingin kamu jadi
alasan aku senyum malam ini.”
·
“Selamat pagi, semoga harimu seindah senyummu.”
Anak warnet sejati tahu betapa berharganya SMS kayak gitu. Walaupun dikirim
dari HP jadul dengan layar monokrom, tapi rasanya lebih hangat daripada chat
pakai emoji sekarang.
Dan kalau SMS itu tiba-tiba hilang karena memori penuh, rasanya seperti
kehilangan surat cinta terakhir dari mantan.
🕹️ Warnet, Tempat Inspirasi dan Patah Hati
Jangan lupakan peran warnet dalam kisah cinta SMS jadul. Anak-anak remaja
dulu suka buka situs gombalan, puisi cinta, atau forum kayak Kaskus dan MIRC.
Dari sanalah mereka salin kata-kata indah lalu kirim lewat SMS.
Tapi sering juga justru patah hati di warnet. Lihat status Friendster pacar
berubah jadi “single.” Atau liat komentar mesra dari “teman dekat” lain.
Pulang-pulang langsung kirim SMS:
“Kita udahan aja ya. Aku gak kuat liat kamu dengan yang lain.”
Dibalas: “Ok.”
Dan cerita pun berakhir tragis, dengan air mata di pojok warnet sambil
pura-pura main Zuma.
🫶 SMS Cinta Tak Pernah Mati
Meski sekarang teknologi sudah canggih, ada satu hal yang tak tergantikan: ketulusan
zaman SMS. Gombalan saat itu diketik pakai jempol, penuh perasaan, dan
dipikirkan matang-matang karena tiap huruf berharga.
Gak ada fitur edit. Gak bisa tarik pesan. Sekali terkirim, ya sudah.
Dan itulah yang bikin SMS romantis jadul begitu otentik.
Kalau kamu pernah ngerasain kirim SMS ke gebetan sambil nunggu balasan
berjam-jam, atau nyatet gombalan di kertas lalu ketik ulang di HP, kamu tahu rasanya.
💌 Penutup: Dari Anak Warnet Jadi Raja Gombal
Hari ini kita mungkin udah move on ke WA, Line, Telegram. Tapi gaya gombalan
ala anak warnet zaman Nokia tetap abadi di ingatan.
Itu masa-masa di mana kita belajar bahwa cinta itu butuh usaha,
bukan kuota.
Bahwa gombal itu bukan sekadar lucu-lucuan, tapi cara sederhana untuk
bilang: “Aku sayang kamu.”
Jadi, buat kamu yang pernah:
·
Kirim gombal ke 10 orang sekaligus
·
Nunggu balasan SMS sampai ketiduran
·
Disimpan dalam kotak masuk spesial hanya untuk
dia
Selamat!
Kamu adalah generasi cinta 160 karakter — generasi yang tahu rasanya mencintai
tanpa emoji, tapi penuh emosi.
CERCU by Cemerlang Publishing
Tertawa bersama masa lalu adalah bentuk cinta paling sederhana
terhadap siapa kita dulu.
Punya kisah gombalan jadul yang
konyol, garing, tapi berkesan? Tulis di komentar ya. Biar kita ketawa bareng
dan siapa tahu... ada yang balas “Ok.” lagi. 🤭
No comments:
Post a Comment