Di sebuah taman yang rindang, penuh suara burung dan anak-anak bermain
kejar-kejaran, tampak dua sosok yang sedang duduk di bangku taman. Angin sore
bertiup pelan, menyibak rambut mereka. Suasana itu mestinya romantis. Andai
saja percakapan mereka juga romantis.
Tapi tidak.
Namanya Ricky dan Rina.
Dari jauh orang-orang bisa menebak itu pasangan kekasih. Ricky tampak
serius menunduk. Rina menatapnya lekat-lekat dengan tatapan campuran penasaran,
deg-degan, dan sedikit kesal.
“Sayank…” kata Ricky pelan tapi jelas.
“Iya sayank,” jawab Rina sambil tersenyum tipis.
“Aku mau kita putus.”
Jreeeeng!
Seperti ada musik horor mengalun di kepala Rina. Dia diam. Bibirnya
bergetar. Matanya melebar.
“Kenapa? Kenapa kamu tega mau ninggalin aku sendiri? Di saat aku sudah sangat
mencintaimu…”
Rina bergetar suaranya. Ricky menunduk makin dalam. Ia tahu adegan ini
sulit. Adegan “putus” tidak pernah mudah.
“Maafin aku sayank. Memang inilah jalan terbaik buat kita.”
“Terbaik gimana? Semua sudah aku berikan buat kamu! Bahkan aku sudah
terlanjur bilang ke orang tuaku kalau kita mau menikah! Masak aku mau bilang ke
mereka: ‘Batal ya Mah, Ricky mau putus!’”
Rina terlihat emosi. Mukanya merah. Taman yang tadinya damai kini seolah
jadi panggung drama kolosal. Anak-anak berhenti bermain. Penjual cilok menonton
sambil memutar saus.
“Sekali lagi maafin aku…”
Ricky mencoba meredakan. Ia menghela napas panjang seperti pemain sinetron
episode 1240.
“Aku mau alasan yang jelas. Kenapa kamu mau mutusin aku?” bentak Rina. Air
mata mulai menetes.
Ricky diam. Ia tahu inilah saat pengakuan. Ia mendekat. Tangannya mengelus
pipi Rina yang basah air mata. Lembut. Penuh kasih.
“Rina…” bisik Ricky.
“Apa?”
“Aku sadar... hubungan kita ini... dilarang agama.”
Rina kaget. Ia langsung mengelap air matanya.
“Dilarang gimana? Kita ini sama keyakinan!” seru Rina makin heran.
Penjual cilok menahan tawa. Suara jangkrik pun kedengaran.
Ricky menelan ludah. Ia berusaha menahan air mata. Drama ini benar-benar
menegangkan.
“Iyeah aku tahu kita seagama... tapi...”
“Tapi apa? Jelasin!” bentak Rina.
“Tapi... sadarlah Rinaldy...”
Rina mendadak melongo. Penjual cilok menjatuhkan tusukannya. Anak-anak
berlarian ketakutan.
“Kita ini COWOK dua-duanya!”
Sunyi.
Angin berhenti bertiup.
Daun-daun seakan malas bergerak.
Burung-burung mendadak speechless.
1. Penonton Sekitar Heboh
Beberapa orang yang tadinya nonton malah jadi cekikikan.
“Pantesan suaranya mirip,” kata seorang ibu-ibu sambil menahan tawa.
“Gue kira cewek beneran,” bisik seorang bocah pada temannya.
“Seriusan dia manggil Rinaldy ‘sayank’ selama ini?” komentar penjual cilok.
Rina—eh, Rinaldy—menghapus air matanya. Suaranya yang tadinya manja
mendadak berubah garang.
“RICKY GUE TONJOK LU!”
Ricky langsung lari.
Rinaldy mengejar sambil menjinjing tas mini pinknya yang tadi dia
bangga-banggain.
“BALIK SINI RICKY, JELASIN SAMPE TUNTAS!”
“AKU SUDAH JUJUR, TAPI KAMU NGAMUK!” teriak Ricky sambil terengah-engah.
Suara mereka memecah keheningan taman.
2. Kilas Balik Awal Bertemu
Mungkin kamu yang baca bertanya: Kok bisa sih sampai pacaran tapi nggak
sadar sama-sama cowok?
Ya, semua berawal di medsos.
Ricky kenalan dengan akun bernama Rina Anggun. Foto profilnya? Cewek
cantik, bibir tipis, jilbab rapi. Chatnya manja.
“Sayank onlen? Hehehe...”
“Iye sayank... kangen...”
“Aku juga... muah.”
Tiap malam Ricky senyum-senyum sambil chat. Kadang dia rakus kirim sticker
hati.
Sampai akhirnya mereka janjian ketemu.
Hari pertama ketemu di kafe:
“Kok suara kamu agak berat ya?” tanya Ricky.
“Lagi pilek sayank...” jawab Rina (eh Rinaldy).
“Oke deh yang penting kita bisa bareng.”
Hari kedua:
“Sayank kok kumisan dikit?”
“Ah itu ketombe sayank...”
Hari ketiga:
“Sayank kok dada kamu rata?”
“Aku cewek yang nggak mau operasi plastik sayank.”
Ricky yang sudah bucin akut tak curiga. Yang penting dia merasa dicintai.
Sampai hari ini.
Hari pemutusan.
3. Kembali ke Taman
Ricky yang ngos-ngosan berhenti di bawah pohon mangga.
“Rinaldy tolong pahami... kita nggak bisa lanjut!”
Rinaldy—yang sudah mencopot wig-nya—meradang.
“GUE SUDAH BILANG KE ORANG TUA GUE KALO KITA NIKAH!”
“Orang tua lu tau nama gue?”
“Nggak. Gue bilang namanya Rikiya Angelina biar keren!”
Penjual cilok menahan tawa lagi. Bahkan sekarang dia buka diskon 50% karena
dagangannya gagal serius.
4. Dialog Absurditas
“Lu sadar kan kita sama-sama cowok?”
“Gue sih sadar, tapi lu dulu yang jatuh cinta!”
“LU YANG NGE-CHAT ‘MUACH’ DULUAN!”
“GUE CUMA SOPAN SOSIALITA!”
“GUE MAU PUTUS!”
“GUE JUGA MAU PUTUS!”
“LO YANG PUTUS!”
“LO DULUAN!”
Mereka berantem. Saling dorong. Tapi pelan. Karena sama-sama capek.
Akhirnya mereka duduk lemas.
“Bro...” kata Ricky akhirnya.
“Apa Bro?” jawab Rinaldy sendu.
“Maafin gue...”
“Gue juga...”
“Kita kan cowok...”
“Iya bro...”
Mereka salaman. Tangis melo berujung damai.
Penjual cilok bertepuk tangan.
5. Ending Dramatis-Kocak
Seorang bapak satpam taman menghampiri.
“Maaf mas, boleh nggak dramanya dilanjutin besok? Ini udah mau tutup
taman.”
Ricky dan Rinaldy saling pandang.
“Yuk bro pulang.”
“Yuk.”
Mereka jalan bareng. Tak lagi rangkul mesra. Tapi saling pukul pundak kaya
sahabat.
“Gue traktir cilok ya bro.”
“Deal. Tapi sausnya dikit aja, pedes.”
Mereka tertawa.
Di belakang, penjual cilok menangis haru. Akhirnya jualannya laku juga.
6. Moral Cerita (Kalau Mau Serius
Dikit)
- Jangan
gampang percaya profil palsu di medsos.
- Kalau mau
pacaran, pastikan dulu identitasnya jelas.
- Komunikasi
itu penting.
- Kalau
cowok sama cowok, ya harus sadar batasan sesuai norma.
- Kalau
putus, ya putus baik-baik. Jangan bikin drama kayak sinetron 999 episode.
7. Epilog: Chat Terakhir
Malamnya, di rumah masing-masing.
Ricky mengirim pesan:
“Bro...”
“Apa bro?”
“Makasih ya. Hari ini bikin gue sadar.”
“Sama bro. Gue juga.”
“Jangan panggil gue sayank lagi.”
“Siap bro!”
Mereka sama-sama online. Sama-sama tersenyum.
Cinta memang tak harus berakhir di pelaminan. Kadang cukup berakhir di
taman dengan cilok diskon.
Sekian cerita lucu kali ini. Semoga menghibur! Jangan lupa kalau mau
pacaran, kenalan baik-baik, verifikasi KTP, dan jangan gampang kena prank
profil palsu.
Penutup (opsional untuk blog CERCU):
“Kalau kalian suka cerita ini, share ya! Kalau mau kirim cerita kocak lain,
tulis di komentar. Salam cilok lovers!”