Monday, November 8, 2021

warung

Gorengan Tahun 2003 — Humor di Pinggir Jalan

Suatu sore yang santai, di pinggir jalan yang ramai oleh lalu lintas kendaraan, berdirilah sebuah warung sederhana. Warung itu menjual aneka makanan ringan, terutama gorengan yang biasa jadi teman ngopi para pengendara yang singgah sejenak melepas lelah.

Tiba-tiba, datanglah seorang pemuda dengan motor bebek tua yang suaranya bisa didengar sejauh tiga tikungan. Dengan santai ia memarkir motornya dan melangkah ke warung.

Pemuda:
“Mbak, ini gorengannya berapaan mbak?”

Penjaga Warung (dengan senyum ramah):
“Oh murah kok mas, cuma dua ribu tiga.”

Pemuda itu terlihat mengernyit, seolah sedang berpikir keras, lalu tiba-tiba ia berseru:

Pemuda:
“Wah, pantesan murah. Semuanya udah basi ya mbak?”

Penjaga Warung (langsung pasang muka cemberut):
“Eh mas, hati-hati ya kalau ngomong. Ini gorengan masih anget kok! Dibilang basi segala.”

Pemuda (senyum jail):
“Lho, tadi mbak bilang 2003. Sekarang kan udah 2021. Berarti gorengannya udah basi dong, 18 tahun!”

Seketika, warung itu dipenuhi tawa para pengunjung lain yang ikut mendengar dialog lucu tersebut. Penjaga warung yang awalnya sempat sewot pun ikut tertawa geli.

Makna di Balik Canda
Meski hanya percakapan receh di warung gorengan, cerita ini menyimpan makna tentang bagaimana komunikasi dan selera humor bisa mencairkan suasana. Dalam kehidupan sehari-hari, hal-hal sepele seperti ini justru bisa jadi pemecah tawa dan membawa senyum di tengah kesibukan dan kepenatan.

Dan satu hal lagi, pastikan menyebut harga dengan jelas ya, jangan sampai dikira tahun produksi!.





No comments:

Post a Comment