Tuesday, February 1, 2022

“CUCU VS NENEK” – Ketika Bercanda Jadi Serangan Mendalam

 


“CUCU VS NENEK” – Ketika Bercanda Jadi Serangan Mendalam

Setiap rumah punya ceritanya sendiri. Ada yang penuh tawa, ada yang penuh drama, ada juga yang seperti rumah si Nenek dan cucunya ini: penuh adu argumen kecil yang kadang lucu, kadang nyelekit. Tapi yang satu ini? Bikin semua perasaan campur aduk: antara ngakak, ngelus dada, sampai pengen ngetok kepala si cucu pakai remote TV.

 

Siang Itu, Di Ruang Keluarga

TV menyala keras. Di depannya, seorang bocah duduk santai dengan posisi rebahan setengah gelinding, tangan kanan pegang stik PS, tangan kiri pegang ciki. Fokusnya luar biasa, seolah-olah misi menyelamatkan dunia dari alien lebih penting daripada nilai ulangan matematikanya yang barusan jeblok.

Di sudut lain, sang nenek — perempuan sepuh yang sudah mulai beruban dan pakai kacamata baca plus dua lensa pembesar — duduk sambil melipat baju cucunya. Sambil geleng-geleng kepala, ia mengamati tingkah si cucu yang sudah dari tadi tidak beranjak dari depan TV.

Cu, belajar napa… dari tadi main PS terus,” tegurnya sambil menata baju.

Si cucu hanya menjawab dengan nada santai, khas bocah zaman sekarang yang merasa hidup tak perlu terlalu serius:

Alah… ngapain belajar-belajar segala…

Nenek menarik napas dalam, mencoba bersabar. Tapi siapa yang tidak emosi kalau tahu cucunya nilainya 3, sementara teman-temannya dapat 9,5 semua?

Kamu gak malu tah? Teman-teman kamu dapat nilai 9,5 semua, kamu dapat nilai 3 sendiri!

Bukannya merasa bersalah, si cucu malah menjawab enteng sambil tetap fokus pada layar:

Nenek jangan samain aku dong sama teman-temanku. Aku aja gak pernah nyamain-nyamain nenek kok.

Nenek kaget. Mulai merasa ada yang janggal. Lalu ia tanya balik, “Emang apa yang perlu disamain?

Dan di sinilah… kalimat paling legendaris sekaligus kontroversial dalam sejarah perbincangan rumah tangga diluncurkan:

Itu… teman-teman nenek udah pada meninggal semua… KENAPA NENEK GAK MENINGGAL-MENINGGAL JUGA?!

Diam.

Sunyi.

Bahkan kipas angin pun mendadak macet.

 

Drama Langsung ke UGD

Setelah kata-kata itu keluar, wajah sang nenek memucat. Tidak percaya cucu yang dia besarkan dengan kasih sayang dan nasi goreng spesial tiap Minggu pagi, bisa melontarkan kalimat sebrutal itu. Seketika, sang nenek goyang-goyang, lemas, dan…

KEJANG-KEJANG LANGSUNG MASUK UGD.

Cucu panik, tetangga panik, ayam di belakang rumah juga ikut panik.

 

Lucu Tapi Nyelekit

Kalau dilihat sekilas, cerita ini bisa jadi bahan meme, konten TikTok, atau status grup WhatsApp dengan caption: "Bocah sekarang memang sadis.”

Tapi kalau direnungi lebih dalam, kisah ini menyimpan banyak hal yang bisa kita pelajari — terutama tentang batas dalam bercanda, komunikasi antar-generasi, dan bagaimana anak-anak zaman sekarang memandang orang tua atau lansia.

 

Pelajaran dari “CUCU VS NENEK”

1. Bercanda Ada Batasnya

Zaman sekarang, banyak orang merasa bahwa “kebebasan berekspresi” bisa jadi alasan untuk ngomong apa aja. Padahal, nggak semua hal bisa dijadikan bahan lelucon — apalagi kalau menyangkut umur, kematian, atau keluarga.

Kalimat si cucu tentang “teman-teman nenek udah pada meninggal” itu memang lucu… buat yang gak terlibat langsung. Tapi buat neneknya? Itu bisa seperti tusukan pisau yang nggak kelihatan. Tersinggung? Wajar. Sakit hati? Banget.

2. Generasi Berbeda, Pemahaman Berbeda

Bagi sang nenek, hidup adalah soal tanggung jawab, kerja keras, dan menghormati yang tua. Tapi bagi si cucu, yang lahir di era teknologi dan budaya "baper is overrated", semua jadi bahan bercandaan.

Beda zaman, beda cara pikir. Tapi bukan berarti yang muda bebas semena-mena, atau yang tua harus selalu menerima.

3. Belajar Itu Penting, Bukan Karena Disuruh

Ucapan si nenek tentang nilai bukan semata-mata soal kompetisi. Tapi tentang masa depan si cucu. Dia gak pengen cucunya tumbuh jadi orang yang hanya bisa main PS tapi gak tahu cara menghitung kembalian belanja. Tapi si cucu, kayak banyak anak zaman sekarang, merasa semua bisa dipelajari dari YouTube atau Google.

Mereka lupa, bahwa belajar bukan cuma soal nilai. Tapi tentang disiplin, tanggung jawab, dan pembentukan karakter.

 

Sisi Lain dari Si Cucu

Meski terlihat bengal dan ngomong semaunya, sebenarnya si cucu ini bukan anak jahat. Dia cuma korban dari budaya “bebas ngomong”, tanpa dibekali pemahaman empati. Bisa jadi, dia sering lihat konten roasting di media sosial, dengerin podcast-podcast sarkas, dan mikir itu hal biasa.

Dan bisa jadi juga, dia belum pernah benar-benar kehilangan seseorang yang dia cintai. Karena kalau pernah, dia pasti tahu — bahwa kalimat soal “kenapa belum meninggal juga” itu gak lucu sama sekali.

 

Akhir Cerita: Harapan dan Harus Ada yang Berubah

Beberapa jam setelah dilarikan ke UGD, sang nenek sadar. Dokter bilang kondisinya stabil. Tapi jelas, bukan cuma tubuhnya yang butuh pemulihan — hatinya juga.

Si cucu? Dia nungguin nenek di luar kamar rawat. Duduk sambil nunduk, tangan gemetar, gak sanggup ngeluarin kata. Kali ini, stik PS pun ditinggalkan. Di kepalanya, kalimat barusan terus terngiang. Rasa bersalah menumpuk.

Ketika nenek akhirnya membuka mata dan melihat cucunya, dia cuma bilang pelan:

“Nak… lain kali kalau bicara… pakai hati juga ya.”

Dan di situlah, si cucu tahu: kadang satu kata bisa menyakitkan lebih dari seribu cambukan.

 

Kesimpulan: Jangan Sampai Terlambat Belajar Ngomong Baik

Cerita “Cucu vs Nenek” ini sebenarnya bukan cuma tentang dua tokoh beda usia yang adu omongan. Tapi tentang bagaimana komunikasi dalam keluarga bisa jadi bom waktu — kalau tidak diisi dengan pengertian, empati, dan kesabaran.

Karena sebercanda-candanya kita dengan orang terdekat, tetap ada batas yang tidak boleh dilewati: batas hati.

Dan buat kamu yang masih punya nenek, ingatlah:

·         Mereka bukan cuma tukang masak terenak di dunia.

·         Mereka bukan cuma tempat curhat yang sabar.

·         Mereka adalah pengingat bahwa hidup harus dijalani dengan nilai-nilai lama yang tetap relevan: sopan santun, empati, dan rasa hormat.

Jangan tunggu mereka kejang-kejang dulu baru kamu belajar berkata baik.

 

Wednesday, December 1, 2021

Ilmu Bela Diri dan Linggis yang Tak Tertulis dalam Buku


Di sebuah sudut kota yang agak remang-remang, tepatnya di sebuah bar kecil dengan lampu neon berkedip tak teratur, suasana malam itu sebenarnya cukup tenang. Hanya ada beberapa orang yang duduk minum, ngobrol, dan sebagian lainnya sibuk menatap layar HP masing-masing, termasuk satu pemuda mungil yang tampaknya sedang khusyuk main game.

Pemuda ini tak mencolok. Tubuhnya kecil, kacamata minus, rambut agak awut-awutan, dan pakai jaket lusuh yang kelihatan kebesaran. Namanya tidak kita ketahui, tapi dari penampilannya, semua orang sepakat: ini bukan tipe orang yang suka cari masalah, apalagi di bar tempat preman lokal suka mejeng.

Nah, seperti hukum alam dunia bar, di mana ada orang cupu, pasti akan muncul sosok yang merasa dirinya paling jagoan: preman lokal. Besar, bertato, dan punya ketawa khas: “HUEHUEHUE!”

Preman ini melihat si pemuda kecil. Entah kenapa, mungkin karena bosan atau karena merasa gatal pengen pamer jurus-jurus bela diri yang pernah dia lihat di film Jackie Chan, dia mendekat dengan tatapan menantang.

Tanpa aba-aba, tanpa alasan, tanpa dosa, tiba-tiba...

“Ciaaaaattt!!”

Satu tendangan keras mendarat di tubuh mungil si pemuda. Kursinya terjungkal, HP-nya terpental, dan pemuda itu terhempas ke lantai.

Seisi bar mendadak hening. Semua menoleh.

Dengan penuh percaya diri, si preman berdiri gagah lalu berkata lantang, “Itu tadi Taekwondo dari Korea!”

Gila, ini orang gak cuma nyerang, tapi sekalian pamer jurusan olahraga.

Si pemuda kecil? Dia hanya menatap sebentar, menelan ludah, lalu dengan perlahan bangkit dan kembali duduk di kursinya. Matanya masih menatap lantai, mungkin sedang mempertanyakan nasib.

Belum sempat napasnya kembali normal...

“Yeaaahhh GUBRAAAK!!”

Kali ini, si preman membanting si pemuda hingga hampir nempel ke meja sebelah. Tangannya meliuk-liuk sebelum mendarat, seolah ingin menunjukkan koreografi aksi.

Sambil mengibaskan tangan, ia berkata lagi, “Itu tadi Judo dari Jepang!”

Baru bangun sebentar, eh... belum juga sadar dari bantingan judo, mendadak...

“BUGGG!!”

Satu pukulan telak mendarat di rahang si pemuda. Kali ini cukup membuat sudut bibirnya berdarah.

Dan tentu saja, si preman kembali membuka seminar bela dirinya, “Itu Boxing dari Amerika!”

Orang-orang di bar mulai resah, tapi tidak ada yang berani melerai. Si pemuda kecil duduk perlahan sambil menyeka darah di mulutnya. Tatapannya kosong. Mungkin dalam pikirannya sedang menghitung jumlah bintang yang berputar-putar di atas kepala.

Tapi tiba-tiba, ia berdiri. Diam. Lalu melangkah pelan keluar dari bar.

Semua mengira ia menyerah, atau mungkin lari mencari bantuan.

 

10 Menit Kemudian: Balasan Tak Terduga

Suasana bar kembali normal. Preman tadi duduk santai, ketawa-ketiwi sendiri sambil menirukan gaya bela diri yang barusan dipraktikkan.

Tapi...

Pintu bar kembali terbuka. Si pemuda kecil tadi masuk dengan langkah pelan, ekspresi tenang, dan tangan kosong. Ia berjalan mendekat ke arah preman, dan...

“BLETOKKKK!!!”

Satu pukulan keras menghantam kepala si preman. Bukan tinju, bukan tendangan, bukan juga bantingan gaya Shaolin.

Melainkan...

LINGGIS.

Yup. Si pemuda kecil memukulkan linggis panjang langsung ke kepala si preman yang mendadak roboh kayak boneka habis kehabisan baterai.

Seisi bar melongo. Bahkan bartender yang sedang ngocok minuman pun berhenti mendadak. Musik dari speaker kecil langsung kerasa sunyinya.

Preman itu pingsan seketika. Tak sempat bicara, tak sempat mengenali jurus yang menghantamnya. Hanya diam dalam kesadaran yang tercerabut.

Si pemuda kecil menarik napas dalam-dalam, ingin menjelaskan apa nama jurusnya. Mungkin ingin berkata, “Itu Steel Fist of Justice, jurus pamungkas dari Gang Gudang.”

Tapi karena si preman sudah terkapar, ia hanya mengangkat bahu, lalu menghampiri pemilik bar dan berkata dengan tenang:

“Pak, tolong... kalau preman ini bangun, bilang ke dia: yang tadi itu linggis dari gudang.”

Kemudian si pemuda berjalan keluar. Pelan. Tanpa musik latar. Tapi dramatis.

 

Saatnya Bicara Serius: Bela Diri Gak Selalu Tentang Jurus

Cerita ini memang konyol, lucu, dan penuh gaya barat-timur. Tapi di balik semua aksi dan tawa, sebenarnya ada pesan serius yang bisa kita renungkan:

1. Bela Diri Itu Bukan Buat Nunjukin Siapa Paling Jago

Bela diri sejatinya adalah alat untuk melindungi, bukan untuk pamer. Tapi sayangnya, banyak orang belajar bela diri justru agar terlihat sangar. Seperti si preman dalam cerita: semua jurus hanya jadi alasan untuk menyakiti orang yang gak bersalah.

2. Orang Lemah Bukan Berarti Gak Bisa Melawan

Kadang, orang yang terlihat lemah justru punya potensi paling besar. Tapi karena mereka tahu kapan harus tenang, mereka juga tahu kapan harus menyerang. Dan ketika waktunya tepat, mereka bisa lebih “mematikan” dari orang paling jago sekalipun.

3. Jangan Remehkan Alat Sehari-hari

Siapa bilang bela diri harus pakai seragam dan ikat pinggang warna-warni? Kadang, linggis dari gudang jauh lebih efektif dalam kondisi darurat. 😂

 

Kesimpulan: Kadang, Keadilan Butuh Linggis

Cerita ini bukan ajakan untuk balas dendam pakai benda tajam. Tapi kadang, dalam dunia yang gak adil, dibutuhkan keberanian untuk melawan dengan cara yang mungkin tidak konvensional.

Si pemuda kecil dalam cerita ini bukan jagoan dalam pengertian biasa. Dia tidak bersabuk hitam, tidak punya gelar dari dojo, dan tidak pernah tampil di turnamen. Tapi dia punya satu hal yang gak dimiliki si preman:

Kesabaran.

Dan kesabaran itu, ketika diberi waktu dan alat yang pas... bisa berubah jadi keadilan versi linggis.

 

Jadi, kalau kamu suatu saat jadi korban ketidakadilan, ingatlah cerita ini. Kamu boleh lemah, kamu boleh kecil, kamu boleh kalah di ronde awal. Tapi jangan biarkan itu jadi akhir cerita.

Karena seperti kata pepatah modern:

“When life gives you linggis, smash injustice.”

 

Thursday, November 11, 2021

CERCU / Cerita Lucu: Nostalgia SMS Jadul Zaman Nokia, Romantisnya Auto Bikin Baper!

template SMS (instagram.com/anak90anpastitau)

Berikut beberapa contoh SMS anak-anak zaman Nokia tahun 2000-an (sekitar 2000–2010), di mana karakter SMS terbatas, jadi banyak singkatan dan gaya penulisan khas muncul. Nuansanya campur antara romantis, lucu, sampai galau:


💌 SMS Romantis Anak Nokia

  1. "pgi cAyank.. sMgt skul'y yaa.. jgn lpa mkn! muach :*"
  2. "Km tuh kyk sinyal full barh, slalu nyambung d hati aq ️"
  3. "Miss u km bgt... serasa hp lowbat tp gk bw charger 😞"

😂 SMS Lucu & Gaya Alay

  1. "Aq cweL, km cwek.. kita pas, kyk SIM n HP 😜"
  2. "CInTa ITu KyK PuLsA.. AbIs Gx KErasa, Tp KlU AdA Mhnya DiJagA!"
  3. "BLoM Mkn, BLoM Tdr, BLoM MnCET, Tp UdH Kngn km aj niih 😝"

😢 SMS Galau Khas Anak 2000-an

  1. "Dy blg syg aq, tp skrg dy ilang kyk pulsa tgl tua"
  2. "Km kyk sinyal GPRS… selalu lelet kalo ditanya soal perasaan 😔"
  3. "Hati aq udh kyk inbox hp jadul… penuhnya sma nama kamu doang"

📱 SMS Sahabat/Iseng

  1. "Eh bro, lg ap? Jgn Lpa sms lg ya, bsk aq dapet pulsa gratis 😁"
  2. "Ini bukan sms biasa, ini sms spesial krn dikirim pake jempol penuh perjuangan 😅"

 

CERCU / Cerita Lucu: Nostalgia SMS Jadul Zaman Nokia, Romantisnya Auto Bikin Baper!

Hai gaes! Kali ini gue mau ajak kalian nostalgia ke masa-masa zaman SMS-an jaman Nokia, di mana karakter terbataspulsa mahal, tapi rasanya bikin gregetan! Kalo lo pernah ngerasain ketikan T9sms cuma 160 karakter, atau galau karena inbox penuh, berarti lo anak 2000-an sejati!

Dulu, ngirim SMS tuh kayak misi penting—harus singkat tapi bermaknahemat pulsa, tapi kadang auto baper atau ngakak sendiri bacanya. Yuk, kita telusuri dunia SMS jadul yang bikin kita kangen tapi juga geli!


💌 SMS Romantis: Cinta Jadul yang Bikin Baper

Anak 2000-an tuh romantisnya polos-polos aja. Gak ada Instagram DM atau chat WhatsApp panjang. Cukup 1 SMS 160 karakter, langsung bikin senyum-senyum sendiri.

Contohnya nih:

"pgi cAyank.. sMgt skul'y yaa.. jgn lpa mkn! muach :*"
 Ini tuh standar banget! Pagi-pagi udah dikirimin semangat plus virtual kiss. Kangen kan?

"Km tuh kyk sinyal full barh, slalu nyambung d hati aq ️"
 Baper level dewa! Sinyal full bar = cinta abis. Kalo sinyalnya EDGE? Auto galau.

"Miss u km bgt... serasa hp lowbat tp gk bw charger 😞"
 Analoginya pas banget! Lowbat = rindu, charger = kamu. Kalo gak ketemu? Auto mati lampu.

Lucunya, dulu ga ada yang peduli sama typo. Yang penting terkirimterbaca, dan bikin senyum. Kalo sekarang? Salah ketik dikit, auto dikoreksi pacar. "Bukan ‘sayang’, tapi ‘syang’? Kamu gak serius ya?" 😂


😂 SMS Lucu & Gaya Alay: Auto Ngakak!

Selain romantis, SMS zaman dulu tuh isinya humor receh + gaya alay yang bikin geleng-geleng. Kreatif banget singkatannya, sampe kadang harus dibaca berkali-kali biar ngerti.

Contoh SMS alay jadul:

"Aq cweL, km cwek.. kita pas, kyk SIM n HP 😜"
 Logikanya? SIM + HP = gak bisa dipisah. Tapi kalo HP ilang? SIM ikutan ilang dong?

"CInTa ITu KyK PuLsA.. AbIs Gx KErasa, Tp KlU AdA Mhnya DiJagA!"
 Filosofi anak SMS-an! Pulsa abis = cinta hilang. Kalo mau langgeng, isi terus pulsanya!

"BLoM Mkn, BLoM Tdr, BLoM MnCET, Tp UdH Kngn km aj niih 😝"
 Prioritas jelas: belum makan, belum tidur, belum mandi, tapi udah kangen duluan. Cinta beneran!

Gaya tulis alay zaman dulu tuh kombinasi huruf besar-kecilsingkatan aneh, plus emoji seadanya. Kalo sekarang dibaca, rasanya "Dulu gue nulis gini? Astaga!" 😭


😢 SMS Galau: Dari Pulsa Abis Sampai Inbox Penuh

Selain lucu & romantis, SMS zaman dulu juga sarat akan kegalauan. Galau karena pacar gak balaspulsa abis, atau inbox penuh.

Beberapa contoh SMS galau jadul:

"Dy blg syg aq, tp skrg dy ilang kyk pulsa tgl tua"
 Pulsa tanggal tua = ilang tiba-tiba. Pacar ilang juga sama aja.

"Km kyk sinyal GPRS… selalu lelet kalo ditanya soal perasaan 😔"
 *GPRS = loadingnya lama. Kalo ditanya "Kita serius gak sih?" Auto loading 10 menit.*

"Hati aq udh kyk inbox hp jadul… penuhnya sma nama kamu doang"
 *Inbox Nokia 3310 cuma muat 20 SMS. Kalo penuh, harus hapus satu-satu. Pilihan sulit!*

Kalo sekarang mah galau tinggal update status IG Story. Dulu? Harus hemat karakter, tapi tetep maksa puitis.


📱 SMS Sahabat & Iseng: Dari Pulsa Gratis Sampai Jempol Pegal

Selain buat pacaran, SMS juga jadi alat komunikasi utama buat sahabat. Isinya randomreceh, tapi seru banget.

Contohnya:

"Eh bro, lg ap? Jgn Lpa sms lg ya, bsk aq dapet pulsa gratis 😁"
 Dulu sering banget dapat promo "sms gratis 100x". Auto spam chat!

"Ini bukan sms biasa, ini sms spesial krn dikirim pake jempol penuh perjuangan 😅"
 Ngetik pake T9 itu susah! Kalo salah pencet, "sayang" bisa jadi "payung".

Dulu, ngirim SMS itu butuh perjuangan:
 Jempol pegel ngetik pake keypad fisik.
 Auto save draft kalo kelebihan karakter.
 Nunggu pulsa gratis biar bisa kirim banyak.

Kalo sekarang? Chat doang, gak dibales? Udah marah. Dulu? Nunggu berjam-jam pun sabar.


📲 Kenapa SMS Zaman Dulu Bikin Kangen?

Karakter Terbatas = Kreatifitas Tanpa Batas
Harus singkat tapi bermakna, bikin kita lebih kreatif nulis.

Pulsa Itu Berharga!
1 SMS = 350 rupiah. Kalo kirim 10x sehari? Itung aja sendiri!

Nokia 3310 = Legenda
HP anti rusakbaterai awetgame Snake jadi teman setia.

Baper itu Simple
Gak perlu foto/video, cukup tulisan singkat + emoticon, langsung baper seharian.

Inbox Penuh = Kenangan
Harus milih SMS yang mau dihapus, rasanya kayak ngilangin kenangan.


Penutup: SMS Jadul vs Zaman Now

Zaman sekarang, chatting lebih mudahgratis, dan bisa panjang-panjang. Tapi, rasanya beda.

Dulu, SMS 160 karakter aja bisa bikin senyum. Sekarang, chat panjang lebar kadang malah dibaca doang (seen).

Gue sih kangen sama era SMS jadul. Kalo lo? Pernah kirim SMS kayak gini juga gak? Share di komen ya!

#CERCU #SMSJadul #Nokia3310 #Anak2000an 😂📱


Nah, gimana? Kangen kan sama zaman SMS-an dulu? Kalo lo punya kenangan lucu atau SMS jadul yang masih keinget, komen di bawah! Jangan lupa share ke temen-temen lo yang juga anak 2000-an sejati! 😆

 

Wednesday, November 10, 2021

Tukang Gembala

Suatu hari, Bedu berpapasan dengan seorang gembala yang memelihara kambing-kambingnya di padang rumput yang luas. Keterpesonaan Bedu pada kondisi kambing-kambing itu pun tak tertahankan, ia pun tak bisa menahan diri untuk bertanya.

Bedu              : "Pak, bolehkah saya bertanya sesuatu?"

Gembala       : "Tentu saja, apa yang ingin kamu tanyakan?"

Bedu              : "Saya tak bisa tidak mencatat betapa sehatnya kambing-kambing ini. Pak, apa makanan favorit mereka?"

Gembala       : "Maaf, kambing mana yang Anda maksud? Hitam atau putih?"

Bedu              : "Hmm, mari kita mulai dengan yang hitam."

Gembala       : "Mereka menyukai rumput gajah."

Bedu              : "Paham. Bagaimana dengan yang putih?"

Gembala       : "Mereka juga."

Bedul, sedikit kebingungan, melanjutkan dengan pertanyaan berikutnya.

Bedu              : "Pak, berapa kilometer sehari kambing-kambing ini dapat berjalan?"

Gembala       : "Maaf, kembali lagi ke pertanyaan sebelumnya. Hitam atau putih?"

Bedu, agak jengkel, menjawab, "Mari kita katakan yang hitam dulu."

Gembala       : "Mereka biasanya berjalan sekitar 4 kilometer sehari."

Bedu              : "Bagaimana dengan yang putih?"

Gembala       : "Sama."

Bedul semakin bingung. Kemudian, dengan rasa penasaran yang kian besar, dia bertanya lagi.

Bedu              : "Pak, berapa banyak bulu yang dihasilkan kambing-kambing ini setiap tahun?"

Gembala       : "Maaf, saya perlu bertanya lagi. Hitam atau putih?"

Dengan nada kesal, Bedul menjawab, "Mari kita selesaikan yang hitam dulu."

Gembala       : "Mereka menghasilkan sekitar 10 kilogram bulu setiap tahun."

Bedu              : "Dan yang putih?"

Gembala       : "Sama."

Bedu akhirnya tidak bisa menahan diri.

Bedu              : "Pak, mengapa Anda selalu memisahkan dua kambing ini jika jawabannya sama?"

Gembala tersenyum, "Karena yang hitam adalah kambing milik saya, dan yang putih adalah milik Anda."

Mereka berdua pun tertawa bersama, menyadari lelucon ringan di balik perbedaan yang hanya ada di mata pengamat.

 

Seorang guru bertanya kepada muridnya, "Kenapa kamu terlambat lagi ke sekolah?"

Murid            : "Maaf, Bu. Saya bermimpi bahwa saya sedang perjalanan ke sekolah dengan sepeda motor, tapi tiba-tiba saya terbangun dan baru menyadari bahwa saya belum memiliki sepeda motor."

Guru              : "Hahaha! Itu memang mimpi yang unik. Tapi bagaimana kamu bisa terlambat jika hanya bermimpi?"

Murid            : "Yah, Bu, saya harus berjalan kaki dari rumah ke sekolah setelah saya terbangun!"


Semoga cerita ini dapat menghibur Anda! Jangan ragu untuk meminta lagi jika Anda ingin mendengar lebih banyak cerita lucu.

 


Tuesday, November 9, 2021

HUBUNGAN TERLARANG

Di Sebuah Taman: Kisah Cinta Tragis Kocak Ricky dan Rina (Eh, Rinaldy!)

Di sebuah taman yang rindang, penuh suara burung dan anak-anak bermain kejar-kejaran, tampak dua sosok yang sedang duduk di bangku taman. Angin sore bertiup pelan, menyibak rambut mereka. Suasana itu mestinya romantis. Andai saja percakapan mereka juga romantis.

Tapi tidak.

Namanya Ricky dan Rina.

Dari jauh orang-orang bisa menebak itu pasangan kekasih. Ricky tampak serius menunduk. Rina menatapnya lekat-lekat dengan tatapan campuran penasaran, deg-degan, dan sedikit kesal.

“Sayank…” kata Ricky pelan tapi jelas.
“Iya sayank,” jawab Rina sambil tersenyum tipis.
“Aku mau kita putus.”

Jreeeeng!

Seperti ada musik horor mengalun di kepala Rina. Dia diam. Bibirnya bergetar. Matanya melebar.

“Kenapa? Kenapa kamu tega mau ninggalin aku sendiri? Di saat aku sudah sangat mencintaimu…”

Rina bergetar suaranya. Ricky menunduk makin dalam. Ia tahu adegan ini sulit. Adegan “putus” tidak pernah mudah.

“Maafin aku sayank. Memang inilah jalan terbaik buat kita.”

“Terbaik gimana? Semua sudah aku berikan buat kamu! Bahkan aku sudah terlanjur bilang ke orang tuaku kalau kita mau menikah! Masak aku mau bilang ke mereka: ‘Batal ya Mah, Ricky mau putus!’”

Rina terlihat emosi. Mukanya merah. Taman yang tadinya damai kini seolah jadi panggung drama kolosal. Anak-anak berhenti bermain. Penjual cilok menonton sambil memutar saus.

“Sekali lagi maafin aku…”

Ricky mencoba meredakan. Ia menghela napas panjang seperti pemain sinetron episode 1240.

“Aku mau alasan yang jelas. Kenapa kamu mau mutusin aku?” bentak Rina. Air mata mulai menetes.

Ricky diam. Ia tahu inilah saat pengakuan. Ia mendekat. Tangannya mengelus pipi Rina yang basah air mata. Lembut. Penuh kasih.

“Rina…” bisik Ricky.
“Apa?”
“Aku sadar... hubungan kita ini... dilarang agama.”

Rina kaget. Ia langsung mengelap air matanya.

“Dilarang gimana? Kita ini sama keyakinan!” seru Rina makin heran.

Penjual cilok menahan tawa. Suara jangkrik pun kedengaran.

Ricky menelan ludah. Ia berusaha menahan air mata. Drama ini benar-benar menegangkan.

“Iyeah aku tahu kita seagama... tapi...”
“Tapi apa? Jelasin!” bentak Rina.
“Tapi... sadarlah Rinaldy...”

Rina mendadak melongo. Penjual cilok menjatuhkan tusukannya. Anak-anak berlarian ketakutan.

“Kita ini COWOK dua-duanya!”

Sunyi.

Angin berhenti bertiup.

Daun-daun seakan malas bergerak.

Burung-burung mendadak speechless.

 

1. Penonton Sekitar Heboh

Beberapa orang yang tadinya nonton malah jadi cekikikan.

“Pantesan suaranya mirip,” kata seorang ibu-ibu sambil menahan tawa.
“Gue kira cewek beneran,” bisik seorang bocah pada temannya.
“Seriusan dia manggil Rinaldy ‘sayank’ selama ini?” komentar penjual cilok.

Rina—eh, Rinaldy—menghapus air matanya. Suaranya yang tadinya manja mendadak berubah garang.

“RICKY GUE TONJOK LU!”

Ricky langsung lari.

Rinaldy mengejar sambil menjinjing tas mini pinknya yang tadi dia bangga-banggain.

“BALIK SINI RICKY, JELASIN SAMPE TUNTAS!”
“AKU SUDAH JUJUR, TAPI KAMU NGAMUK!” teriak Ricky sambil terengah-engah.

Suara mereka memecah keheningan taman.

 

2. Kilas Balik Awal Bertemu

Mungkin kamu yang baca bertanya: Kok bisa sih sampai pacaran tapi nggak sadar sama-sama cowok?

Ya, semua berawal di medsos.

Ricky kenalan dengan akun bernama Rina Anggun. Foto profilnya? Cewek cantik, bibir tipis, jilbab rapi. Chatnya manja.

“Sayank onlen? Hehehe...”
“Iye sayank... kangen...”
“Aku juga... muah.”

Tiap malam Ricky senyum-senyum sambil chat. Kadang dia rakus kirim sticker hati.

Sampai akhirnya mereka janjian ketemu.

Hari pertama ketemu di kafe:

“Kok suara kamu agak berat ya?” tanya Ricky.
“Lagi pilek sayank...” jawab Rina (eh Rinaldy).
“Oke deh yang penting kita bisa bareng.”

Hari kedua:

“Sayank kok kumisan dikit?”
“Ah itu ketombe sayank...”

Hari ketiga:

“Sayank kok dada kamu rata?”
“Aku cewek yang nggak mau operasi plastik sayank.”

Ricky yang sudah bucin akut tak curiga. Yang penting dia merasa dicintai.

Sampai hari ini.

Hari pemutusan.

 

3. Kembali ke Taman

Ricky yang ngos-ngosan berhenti di bawah pohon mangga.

“Rinaldy tolong pahami... kita nggak bisa lanjut!”

Rinaldy—yang sudah mencopot wig-nya—meradang.

“GUE SUDAH BILANG KE ORANG TUA GUE KALO KITA NIKAH!”
“Orang tua lu tau nama gue?”
“Nggak. Gue bilang namanya Rikiya Angelina biar keren!”

Penjual cilok menahan tawa lagi. Bahkan sekarang dia buka diskon 50% karena dagangannya gagal serius.

 

4. Dialog Absurditas

“Lu sadar kan kita sama-sama cowok?”
“Gue sih sadar, tapi lu dulu yang jatuh cinta!”
“LU YANG NGE-CHAT ‘MUACH’ DULUAN!”
“GUE CUMA SOPAN SOSIALITA!”
“GUE MAU PUTUS!”
“GUE JUGA MAU PUTUS!”
“LO YANG PUTUS!”
“LO DULUAN!”

Mereka berantem. Saling dorong. Tapi pelan. Karena sama-sama capek.

Akhirnya mereka duduk lemas.

“Bro...” kata Ricky akhirnya.
“Apa Bro?” jawab Rinaldy sendu.
“Maafin gue...”
“Gue juga...”
“Kita kan cowok...”
“Iya bro...”

Mereka salaman. Tangis melo berujung damai.

Penjual cilok bertepuk tangan.

 

5. Ending Dramatis-Kocak

Seorang bapak satpam taman menghampiri.

“Maaf mas, boleh nggak dramanya dilanjutin besok? Ini udah mau tutup taman.”

Ricky dan Rinaldy saling pandang.

“Yuk bro pulang.”
“Yuk.”

Mereka jalan bareng. Tak lagi rangkul mesra. Tapi saling pukul pundak kaya sahabat.

“Gue traktir cilok ya bro.”
“Deal. Tapi sausnya dikit aja, pedes.”

Mereka tertawa.

Di belakang, penjual cilok menangis haru. Akhirnya jualannya laku juga.

 

6. Moral Cerita (Kalau Mau Serius Dikit)

  • Jangan gampang percaya profil palsu di medsos.
  • Kalau mau pacaran, pastikan dulu identitasnya jelas.
  • Komunikasi itu penting.
  • Kalau cowok sama cowok, ya harus sadar batasan sesuai norma.
  • Kalau putus, ya putus baik-baik. Jangan bikin drama kayak sinetron 999 episode.

 

7. Epilog: Chat Terakhir

Malamnya, di rumah masing-masing.

Ricky mengirim pesan:

“Bro...”
“Apa bro?”
“Makasih ya. Hari ini bikin gue sadar.”
“Sama bro. Gue juga.”
“Jangan panggil gue sayank lagi.”
“Siap bro!”

Mereka sama-sama online. Sama-sama tersenyum.

Cinta memang tak harus berakhir di pelaminan. Kadang cukup berakhir di taman dengan cilok diskon.

 

Sekian cerita lucu kali ini. Semoga menghibur! Jangan lupa kalau mau pacaran, kenalan baik-baik, verifikasi KTP, dan jangan gampang kena prank profil palsu.

 

Penutup (opsional untuk blog CERCU):

“Kalau kalian suka cerita ini, share ya! Kalau mau kirim cerita kocak lain, tulis di komentar. Salam cilok lovers!”