Pernah nggak sih kamu merasa dikhianati oleh benda mati? Misalnya, kamu niat masak telur dadar pagi-pagi biar hidup sehat, eh... pas dibalik, telurnya lengket total. Di panci TEFLON. Yang katanya anti lengket. Yang kamu beli pakai sisa THR dua tahun lalu.
Seketika kamu cuma bisa melotot ke arah panci
itu sambil bertanya dalam hati:
“APA SALAHKU, TEFLON?!”
Dan di situlah muncul pertanyaan besar dalam
hidup manusia modern:
Apakah
panci teflon punya dendam tersembunyi?
1. Masa Lalu yang Kelam
Mari kita lihat dari sisi panci teflon. Mungkin
di masa mudanya, dia adalah panci ambisius. Punya mimpi jadi alat masak
Michelin Star. Tapi ternyata, dia berakhir di kos-kosan sempit, tiap hari
dipakai masak mie instan jam 2 pagi, dicuci pakai sabut kawat, dan ditaruh di
rak penuh kerak minyak.
Lama-lama... dia berubah.
Teflon yang dulu polos dan licin, kini penuh
goresan. Hatinya keras. Penuh trauma.
Jadi, ketika kamu coba masak telur dengan
percaya diri, dia hanya tertawa kecil di dalam hatinya yang hitam legam.
“Oh, kamu pikir aku masih panci yang sama?”
2. Dendam karena Tidak Pernah Dianggap
Coba jujur: kapan terakhir kamu memuji panci
teflonmu?
Kamu sering bilang:
·
“Wah, nasinya enak banget!”
·
“Telurnya mateng sempurna!”
·
“Ayam gorengnya garing banget!”
Tapi pernah nggak kamu bilang:
·
“Wah, pancinya luar biasa!”
Enggak, kan? Nah. Itulah masalahnya.
Panci teflon butuh validasi juga, sob. Dia
pengen diapresiasi, bukan cuma jadi alat masak yang dicuekin setelah dipakai.
Sekali-sekali mungkin dia ingin juga disayang, dibersihkan pakai spons halus,
diusap lembut, disimpan di rak VIP.
Tapi kalau kamu terus-terusan pakai dia buat
goreng kerupuk, terus dicuci asal-asalan, ya jangan salahkan kalau suatu hari
dia memutuskan untuk balas dendam dengan cara bikin telurnya nempel kayak hubungan tanpa kepastian.
3. Teflon: Korban Cinta yang Salah
Barangkali dulu panci teflon itu punya cinta
pertama: kompor induksi.
Mereka cocok. Panasnya merata. Hubungannya
stabil.
Tapi suatu hari, kamu datang. Kamu pakai dia
di kompor gas. Kamu panasin dia tanpa minyak. Kamu biarin dia hangus gara-gara
kamu keasyikan nonton drama Korea.
Dan sejak itu... hatinya hancur.
Teflon bukan lagi panci biasa. Dia adalah
panci yang tersakiti. Yang tidak akan membiarkan siapa pun masak dengan tenang
di atas dirinya. Yang akan membuat semua telur nempel tanpa ampun.
Dia tidak peduli kamu lapar. Dia ingin kamu
tahu rasanya ditinggal pas lagi sayang-sayangnya.
4. Panci Teflon Adalah Guru Kehidupan
Atau mungkin... kita salah menilai.
Bisa jadi panci teflon itu sebenarnya guru
kehidupan. Dia ingin mengajarkan kita bahwa:
·
Tidak semua yang terlihat mulus itu bisa
dipercaya.
·
Semua janji "anti lengket" pada
akhirnya bisa meleset.
·
Dan bahwa hidup itu keras—bahkan saat kamu cuma
mau bikin omelet.
Panci teflon mengajarkan kesabaran.
Keikhlasan. Dan pentingnya punya spatula silikon.
Kesimpulan: Damaikan Diri dengan Teflon
Jadi kalau suatu pagi kamu menemukan bahwa
telurnya nempel, tahu gorengnya hancur, atau adonan panekukmu gagal
total—jangan langsung marah.
Duduklah. Tatap pancimu dalam-dalam. Usap
permukaannya dengan lembut. Lalu katakan:
“Maaf, Teflon. Aku nggak pernah benar-benar
menghargaimu.”
Karena siapa tahu, itu yang dia butuhkan
selama ini.
Dan siapa tahu... besok dia akan kembali jadi
panci terbaik dalam hidupmu.
No comments:
Post a Comment