(Kisah tragis-lucu perjuangan mahasiswa 99% jadi sarjana… tapi 100% kena revisi.)
Karakter:
·
Reno
– mahasiswa semester 14, skripsi sudah 99% selesai (katanya).
·
Dinda
– sahabat Reno, realistis dan suka nyeletuk.
·
Pak
Dosen – pembimbing skripsi legendaris, kalem tapi selalu
menyelipkan revisi.
[Adegan 1: Di Kantin Kampus]
(Reno duduk
dengan wajah penuh kemenangan. Di tangannya ada flashdisk warna ungu dan map
bening berisi skripsi tebal. Dinda datang dengan teh es dan ekspresi
penasaran.)
Dinda:
Bro! Gimana? Udah fix?
Reno:
(Face confident)
Fix, Din. Udah. Ini bener-bener fix.
Tinggal ACC terus maju sidang. Malam tadi aku sampe cium laptop.
Dinda:
(Curiga)
Cium laptop? Reno, kamu baik-baik aja? Jangan sampe kamu halu gara-gara bab 4.
Reno:
(Hidupkan mode motivator)
Dinda... hidup ini tentang konsistensi dan ketekunan. Kamu lihat ini? (angkat
skripsi)
Ini bukan hanya kertas. Ini... harapan
keluarga besar dari tiga kabupaten.
Dinda:
(Seruput teh)
Ya semoga aja dosen pembimbingmu sependapat...
[Adegan 2: Ruang Dosen Pembimbing]
(Pak Dosen duduk
santai di ruangannya. Reno datang dengan wajah percaya diri. Senyum lebar.
Menyerahkan skripsi seperti menyerahkan undangan pernikahan.)
Reno:
Pak… ini naskah final saya. Sudah fix. Fix banget. Saya bahkan kasih spasi
ganda pakai cinta.
Pak
Dosen:
(Senyum tipis)
Wah, hebat. Kita lihat dulu ya… (buka halaman)
Hmm…
Bab 1... baik.
Bab 2... mantap.
Bab 3... oh, bagus.
Bab 4... nah... ini dia.
Reno:
(Ekspresi berubah sedikit)
Kenapa Pak? Ada yang keliru?
Pak
Dosen:
Cuma perlu sedikit revisi kecil...
Reno:
(Sigap ambil catatan)
Oke Pak. Revisi kecil. Minor. Aman. Kayak tambalan luka kecil.
Pak
Dosen:
Ya, cuma tambahkan dua teori pendukung, ganti semua diagram dengan SPSS versi
terbaru, perbaiki metode, ganti daftar pustaka dengan yang pakai APA style,
dan...
Reno:
(Panik mode aktif)
...dan?
Pak
Dosen:
Dan buatkan bab 5 yang lebih eksploratif. Dan jangan lupa daftar isi ulang,
karena halaman berubah semua.
Reno:
(Tersenyum... lalu membeku seperti patung Pancoran)
Fix, ya Pak?
Pak
Dosen:
Fix... untuk direvisi.
[Adegan 3: Kembali ke Kantin]
(Reno
kembali duduk di meja. Skripsi tampak lebih tebal dari sebelumnya. Dinda
menatapnya dengan ekspresi “udah kuduga.”)
Dinda:
Gimana? Fix?
Reno:
(Berat napas)
Fix…
Fix… ternyata cuma kata pengantar menuju neraka akademik.
Dinda:
Jangan lebay, Ren.
Reno:
Aku udah 99%, Din. Tapi ternyata 1% itu bukan sisa. Itu plot twist.
Dinda:
(Lempar kerupuk)
Yah... itu tandanya kamu mahasiswa tulen. Kalau skripsimu nggak pernah direvisi
mendadak, gelar S1-nya bisa dibatalkan sepihak sama dewa kampus.
Reno:
Tapi aku udah janji ke mamaku. Katanya kalau aku lulus tahun ini, aku
dibikinkan spanduk.
Dinda:
Gampang. Bikin spanduk-nya dulu. Lulusnya belakangan. Itu yang banyak dilakukan
orang tua Indonesia.
[Adegan Penutup: Di Kamar Reno]
(Reno duduk
depan laptop. Halaman skripsi terbuka. Ia menulis ulang dengan tatapan pasrah.)
Reno:
(Sambil mengetik pelan)
Fix.
Fix.
Fix revisi.
Fix hati yang patah.
Fix hidup ini misteri.
Narator:
Dalam dunia skripsi, "fix" bukanlah akhir.
"Fix" adalah awal dari revisi yang tak berkesudahan.
Tapi ingatlah, wahai pejuang skripsi...
Setiap revisi mendekatkanmu...
...ke titik menyerah yang lebih tinggi.
No comments:
Post a Comment