Monday, March 10, 2025

๐ŸŽญ "Balada Remote TV yang Selalu Hilang"

 


๐ŸŽญ "Balada Remote TV yang Selalu Hilang"

Karakter:

·         Ibu – Sabar, rajin, tapi bisa jadi detektif saat remote hilang.

·         Ayah – Sok tenang, sok tahu lokasi remote, tapi 80% salah.

·         Rara – Anak remaja, pemilik hak veto atas semua channel.

·         Dito – Adik kecil, sering dicurigai, padahal polos.

·         Narator – Suara latar nyinyir yang membocorkan rahasia tiap tokoh.

 

[Adegan 1 – Ruang Keluarga, Pagi Hari]

(TV menyala menampilkan layar biru. Semua orang di ruang tamu. Tapi… remote tidak terlihat.)

Ibu
(Tangan di pinggang)
Oke. Siapa yang terakhir megang remote?

Rara
(Belaga sibuk pegang HP)
Bukan aku, Bu. Terakhir kayaknya Ayah.

Ayah
(Harap-harap cemas)
Lho, masa saya? Kan saya tidur dari tadi sore.

Dito
(Polos)
Aku pegang tadi… terus aku main pesawat… terus… aku lupa.

Narator
Dan di situlah awal tragedi dimulai.
Satu rumah. Satu remote. Banyak tersangka.

 

[Adegan 2 – Proses Pencarian]

(Semua mulai mencari remote dengan gaya masing-masing. Musik tegang seperti film detektif.)

Ibu
(Buka bantal sofa satu per satu, seperti sedang cari emas)
Kok bisa sih benda sepanjang 15 cm ini menghilang kayak diculik alien?!

Ayah
(Cek kulkas, freezer, dan dispenser)
Kita nggak boleh abaikan kemungkinan-kemungkinan absurd.

Rara
(Aktif scroll HP)
Bentar-bentar. Aku search: “Cara mencari remote TV yang hilang secara spiritual.”

Dito
(Senang sendiri)
Aku nemu remote mobil-mobilan. Bisa nggak, ya?

Narator
Dan inilah kekuatan remote:
Saat hilang, semua orang merasa jago investigasi. Tapi hasilnya: nol besar.

 

[Adegan 3 – Ketegangan Meningkat]

Ibu
(duduk pasrah)
Sudah 30 menit kita cari, masih belum ketemu.
TV menyala sia-sia. Listrik terbuang. Sabar mulai menguap.

Ayah
(Berkata bijak)
Mungkin… mungkin remote tidak hilang.
Mungkin dia hanya ingin sendiri.
Menjauh dari hiruk pikuk kehidupan modern.

Ibu
(Antara marah dan geli)
Itu remote, bukan mantan pacar!

 

[Adegan 4 – Penemuan Mengejutkan]

(Dito mendadak berseru dari bawah meja.)

Dito
BUUUU!! Aku nemu!!!
Remote-nya ada di dalam… tempat nasi!

Ibu, Ayah, dan Rara serempak:
APA?!

Dito
Tadi waktu makan ayam, aku pegang remote juga... terus aku bingung... jadi aku simpan aja.

Narator
Remote ditemukan. Damai kembali. Tapi luka di hati… masih tertinggal.

 

[Epilog – 5 Menit Kemudian]

(TV mulai dipindah-pindah channel oleh Rara. Semua sudah tenang.)

Ibu
Eh, remote-nya mana lagi?

Ayah
Lho… kan tadi di tangan kamu?

Rara
Enggak… tadi aku taruh di...

Dito
(Ekspresi panik)
...Bukan aku kali ini!!

Narator
Dan begitulah...
Remote TV, kecil bentuknya... besar pengaruhnya... hilang datangnya tak bisa diprediksi.
Mungkin bukan remote yang hilang.
Mungkin… kita yang belum siap kehilangannya.

 

Pesan Moral:

Jangan remehkan remote TV.
Karena begitu dia hilang,
satu keluarga bisa berubah jadi tim SAR.

 


=======================================================

๐ŸŽญ Balada Remote TV yang Selalu Hilang

Di setiap rumah, pasti ada satu benda kecil tapi punya kekuatan besar. Bukan emas, bukan surat tanah, tapi...

REMOTE TV.

Benda mungil ini punya kemampuan mengendalikan semua orang di rumah. Saat dia ada, semua damai. Tapi begitu hilang...

Perang Dunia Ketiga pun bisa dimulai.

Dan pagi itu, di ruang keluarga keluarga kecil kita, perang pun meletus.

๐Ÿ›‹️ [ADEGAN 1 – TV Menyala, Remote Menghilang]

TV sudah nyala, layar biru menatap semua orang dengan tatapan "ayo, ganti channel dong."
Tapi... tidak ada yang bisa. Karena remotenya hilang.

Ibu berdiri dengan tangan di pinggang, tatapan tajam seperti detektif kriminal.

Ibu:
"Oke. Siapa yang terakhir megang remote?"

Rara, si remaja yang hidupnya sudah menyatu dengan HP, menjawab tanpa menoleh:

Rara:
"Bukan aku, Bu. Terakhir kayaknya Ayah."

Ayah yang baru sadar dia diseret jadi tersangka langsung panik elegan:

Ayah:
"Lho, masa saya? Kan saya tidur dari tadi sore!"

Dan seperti biasa, tersangka utama adalah makhluk paling kecil dan paling polos di rumah:

Dito (6 tahun, lugu):
"Aku pegang tadi… terus aku main pesawat… terus… aku lupa."

Narator:
Dan di situlah awal tragedi dimulai.
Satu rumah. Satu remote. Banyak tersangka.
Dan semuanya... bersikeras tak bersalah.

๐Ÿ” [ADEGAN 2 – Misi Pencarian Remote Dimulai]

Operasi SAR pun resmi dimulai. Semua orang bergerak dengan gaya masing-masing.

Ibu: Buka-buka bantal sofa satu per satu kayak sedang cari tambang emas.
Ayah: Ngecek kulkas, freezer, sampai dispenser. Karena “siapa tahu aja masuk situ.”
Rara: Googling. Tapi bukan cara mencari remote secara logis. Dia malah cari:

“Cara menemukan remote TV yang hilang secara spiritual.”

Sementara itu, Dito…

Dito:
"Aku nemu remote mobil-mobilan. Bisa nggak ya ganti channel pakai ini?"

Narator:
Dan itulah keajaiban remote.
Saat dia hilang, semua orang tiba-tiba merasa seperti detektif...
Tapi hasilnya: nol besar dan satu rumah makin panas.

๐Ÿ”ฅ [ADEGAN 3 – Ketegangan Menyentuh Puncaknya]

Waktu terus berjalan. TV tetap menyala, menayangkan... layar biru.
Ibu sudah pasrah, duduk di sofa sambil pijat pelipis.

Ibu:
"Sudah 30 menit kita cari, masih belum ketemu.
TV nyala sia-sia. Listrik terbuang. Sabar mulai menipis."

Tapi Ayah tetap sok filosofis:

Ayah (dalam mode bijak):
"Mungkin… remote tidak hilang. Mungkin dia hanya... ingin sendiri.
Menjauh dari hiruk pikuk kehidupan modern."

Ibu:
"Itu remote, Pak. Bukan mantan pacar!"

๐Ÿงบ [ADEGAN 4 – Kebenaran Terungkap]

Tiba-tiba, terdengar teriakan penuh kemenangan dari bawah meja makan.

Dito:
"BUUUU!! Aku nemu!!!
Remote-nya ada di dalam… tempat nasi!"

Seluruh rumah terdiam.

Ibu, Ayah, Rara (serempak):
"APA?!"

Dito (nyengir):
"Tadi pas makan ayam, aku sambil pegang remote… terus aku bingung, jadi aku simpen aja."

Narator:
Remote ditemukan. Kedamaian kembali hadir.
Tapi luka di hati... dan listrik yang sudah kebuang... tetap menyisakan trauma.

๐Ÿ“บ [EPILOG – Lima Menit Kemudian…]

TV akhirnya berfungsi. Rara pegang kendali penuh atas remote, mulai gonta-ganti channel seperti dewa kecil. Semua sudah tenang...

Sampai...

Ibu:
"Eh, remote-nya mana lagi?"

Ayah:
"Lho… tadi di tangan kamu?"

Rara:
"Enggak… tadi aku taruh di…"

Dito (langsung defensif):
"BUKAN AKU KALI INI!!"

Narator:
Dan begitulah…
Remote TV — kecil bentuknya, besar pengaruhnya.
Hilang, datang, dan kadang... membuat satu keluarga bertanya-tanya:

“Apakah kita yang belum siap kehilangannya… atau dia yang terlalu bebas dicintai semua orang?”

๐ŸŽฏ Pesan Moral:

Jangan remehkan remote TV.
Begitu dia hilang,
Satu keluarga bisa berubah jadi tim pencarian dan penyelamatan nasional.
Dan kadang... jawaban dari misterinya...
ada di tempat nasi.


No comments:

Post a Comment