Imlek baru aja lewat, tapi efek perayaannya belum sepenuhnya hilang. Lampion masih menggantung di warung depan komplek, suara petasan masih membekas di telinga, dan kue keranjang masih numpuk di kulkas. Tapi dari semua itu, satu hal yang paling ngena buat Alex—pemuda yang biasa aja tapi selalu kena sial kalau lagi sok-sokan belajar hal baru—adalah… bahasa Mandarin.
Tapi tenang, ini bukan kelas Mandarin beneran.
Ini adalah versi Bebe, sahabat
Alex yang bisa dibilang lebih kreatif
daripada Google Translate tapi juga lebih ngaco daripada ramalan zodiak
abal-abal. Pokoknya, kalau ada award buat “guru paling absurd tapi
menghibur,” Bebe juaranya.
Dan cerita lucu ini pun dimulai di sore hari
setelah perayaan Imlek. Di bawah rindangnya pohon mangga depan rumah, Alex
duduk sambil bawa buku catatan dan teh botol. Wajahnya serius banget. Iya,
serius... soalnya dia mau belajar Bahasa Mandarin. Tapi bukan dari buku
pelajaran, melainkan dari catatan tangan Bebe yang katanya bisa bikin pinter Mandarin dalam 5 menit.
Pelajaran Mandarin Versi Bebe
“Bro, ini pelajaran yang hanya diajarkan di universitas kehidupan, jadi harus siap
mental ya,” kata Bebe sambil kasih kertas lipatan dua yang penuh tulisan tangan
ala dokter.
Alex membuka kertasnya dan mulai membaca:
Tidak
izin: Lu lan chang
Tidak setia: Lu she rong
Badan gede: Lu king kong
Tidak sopan: Lu sin chan
Tidak tahu diri: Lu xia lan
Yang norak: Wong kam fung
Yang jago: Wong fei hung
Yang suka BBM-an: Wong san thai
Yang suka ngerjain orang: Wong ie sheng
Yang banyak duit: Wong Zhu Gieh
Yang baca tulisan ini: Wong xin thing?
Yang nulis tulisan ini: Wong khe ren
Alex langsung ngakak.
“Bebeee!!! Ini bahasa Mandarin dari mana
sih?!”
Bebe dengan gaya ala dosen menjawab, “Ini dari
aliran kuno, Bro. Bahasa Mandarin edisi 'kebanyakan nonton sinetron dan main
medsos.' Dijamin fun and pasti bisa dalam 5 menit!”
Ketawa Tapi Dapat Pelajaran
Anehnya, walaupun ngaco, pelajaran versi Bebe
ini bikin Alex jadi semangat. Setidaknya ada hiburan setelah kerjaan seminggu
yang padat. Dan kalau dipikir-pikir, memang ya... banyak hal yang bisa
dipelajari dari cara-cara lucu begini.
Misalnya:
·
Lu lan
chang: Cocok banget buat temen yang suka pergi-pergi tapi nggak
bilang.
·
Lu she
rong: Buat mantan yang ghosting dan tiba-tiba muncul pas gajian.
·
Lu king
kong: Temen yang tiap nongkrong pesennya dua porsi sendiri.
·
Lu sin
chan: Anak kecil yang suka julid di grup keluarga.
·
Wong fei
hung: Idola sejuta umat pas zaman film mandarin sore hari di TV
nasional.
·
Wong xin
thing: Itu kamu. Iya, kamu yang lagi baca ini sambil senyum-senyum
sendiri.
Obrolan Ngaco yang Bikin Bahagia
Setelah baca semua, Alex dan Bebe nggak
berhenti ketawa. Ternyata bikin plesetan kayak gini bisa jadi hiburan yang luar
biasa. Dan seperti biasa, karena sifatnya yang kompetitif (tapi nggak penting),
Bebe nambahin:
Yang
jarang mandi: Wong chao pek
Yang selalu telat: Wong so lo
Yang hobinya tidur: Wong cing leep
Yang suka ngegosip: Wong ci ci ca
Yang jomblo lama: Wong tung gal
Alex langsung bales:
Yang
suka ngutang tapi lupa bayar: Lu pi
yay
Yang suka nyindir di status: Wong pas sif
Yang tiap buka HP cuma buat stalking
mantan: Wong gal ow eh
Dan begitulah, sore itu berubah jadi ajang
lomba plesetan Mandarin. Gak penting, gak ilmiah, gak ada ujian—tapi bikin
bahagia dan ngakak sepanjang sore.
Pelajaran di Balik Kekonyolan
Lucu-lucuan kayak gini emang kelihatannya
remeh. Tapi kadang, dari hal remeh lah kita dapat momen terbaik. Apalagi di
zaman sekarang, di mana semua orang sibuk kerja, sibuk ngejar target, sibuk
update konten, kadang kita lupa untuk ketawa
lepas tanpa mikirin algoritma.
Bahasa, termasuk bahasa asing kayak Mandarin,
bisa terasa berat kalau cuma dihafal dari buku. Tapi kalau diselipin humor,
plesetan, dan lelucon kayak gini? Otak kita jadi lebih rileks, lebih gampang
nerima.
Oke, memang “Lu king kong” bukan kosakata asli Mandarin. Tapi siapa
peduli? Yang penting kita ketawa, dan dari situ kita mulai penasaran: “Eh,
beneran nggak sih kata aslinya gimana?” Nah, rasa ingin tahu itu bisa jadi awal
belajar yang lebih dalam.
Ditutup dengan Canda, Dibuka dengan Tawa
Sore makin senja. Alex dan Bebe duduk sambil
minum teh dan makan kue keranjang sisa Imlek. Gelak tawa mereka masih terdengar
sampai tetangga depan rumah ikutan senyum.
“Eh, kamu tau gak?” kata Alex sambil ngunyah,
“Kayaknya Wong Zhu Gieh itu sodaranya Bebe deh, soalnya duitnya banyak banget
tiap traktir.”
Bebe ketawa, “Kalau gue sih lebih suka jadi Wong ie sheng—yang suka ngerjain tapi tetap
disayang. Wkwkwk.”
Akhirnya, mereka sepakat:
“Hidup
terlalu singkat untuk terlalu serius. Sekali-sekali, belajarlah dari plesetan,
dan tertawalah dengan hati.”
Ada yang Mau Nambahin?
Nah, kamu yang udah sampai akhir tulisan ini,
kira-kira kamu termasuk yang mana?
·
Wong fei
hung: Jago di segala bidang?
·
Wong kam
fung: Norak tapi percaya diri?
·
Wong xin
thing: Yang senyum-senyum sendiri baca ini?
·
Atau...
Wong khe ren: Si penulis yang doyan ngarang?
Kalau kamu punya plesetan Mandarin versi kamu
sendiri, tulis aja! Siapa tahu
nanti masuk kamus edisi Bebe Vol. 2!
Wakakak...
Salam damai dari Wong Ceng Li—yang hobinya bikin ketawa, bukan bikin drama!
No comments:
Post a Comment